Kamis, 26 Mei 2016

Makalah Puisi Parnasian dan Puisi Inspiratif

PUISI PARNASIAN DAN PUISI INSPIRATIF

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Teori Sastra
yang dibina oleh Ibu Masnuatul Hawa M. Pd.

                                    



Oleh:
Amelia Rohmana




Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
IKIP PGRI Bojonegoro 
Mei 2016






KATA PENGANTAR


Assalamu`alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.
      Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang penulis beri judul “Puisi Parnasian dan Puisi Inspiratif”
      Penulis mengucapkan rasa berterimaksih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
      Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya kepada dosen pembimbing,  penulis meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah penulis dimasa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.




Bojonegoro,  Mei 2016
                                                                                                   

Penyusun



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................        i
DAFTAR ISI..........................................................................................        ii

BAB    I           PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................        1
1.2 Tujuan........................................................................        1

BAB    II         PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puisi.........................................................        2
2.2 Unsur-unsur Puisi......................................................        3
2.3 Jenis Puisi Parnasian..................................................        6
2.4  Jenis Puisi Inspiratif.................................................        9

BAB    III        PENUTUP
3.1 Simpulan....................................................................        12
3.1 Saran..........................................................................        12

RUJUKAN







BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Pada awalnya istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti  pembangunan, pembentuk, pembuat. Selanjutnya makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata kiasan.
Jenis pusi di Indonesia ialah sebagai kreasi manusia yang selalu berkembang dari masa ke masa. Perkembangan puisi merupakan refleksi pemikiran penyair dalam menyikapi zaman, sekaligus menyikapi perpuisian itu sendiri.
Ahli-ahli satra banyak yang membedakan dan membagi perpuisian menjadi puisi lama dan puisi baru. Puisi lama merupakan puisi yang terkait oleh aturan-aturan, puisi baru adalah puisi yang tidak terkait oleh aturan, artinya puisi baru bentuknya lebih bebas dari pada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Namun, apa yang disebut pusi lama itu masih tetap diapresiasi dan diproduksi sampai saat ini. Disampng itu, puisi baru juga tidak bisa melepaskan puisi lama karena ia bisa jadi ilham yang penuh keindahan untuk disusun.



2.2 Tujuan
Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis membuat makalah ini guna membantu dan memberikan wawasan pegetahuan para  pembaca yang ingin menekuni dunia puisi. Selain dapat mengetahui pengertian puisi dan unsur-unsur  puisi, makalah ini akan lebih mendalami lagi membahas tentang pengertian puisi parnasian dan puisi inspiratif, sehingga pembaca dapat mengetahui pengertian dari puisi parnasian dan puisi inspiratif.









BAB II
PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya  berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris, pada kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan poet dan –poem. Mengena kata poet, Coulter (dalam  Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir meyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut:
a.       Samuel Taylor  Coleridge
  Mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya, dan sebagainya.
b.      Carlyle
     Mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya ,  kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkain bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu  dengan mempergunakan orkestra bunyi.
c.       Wordsworth
     Mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan.
d.      Dunton
     Berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturut-turut secara teratur).

e.       Shelley
     Mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.



2.3 Unsur-Unsur Puisi
    Secara sederhana batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik, bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut:
a.       Kata
Adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan kutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
b.      Larik (baris)
 Mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buah, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
c.       Bait
 Merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna.
d.      Bunyi
Dibentuk oleh irama dan rima. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau katra-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perualangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras-lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musiklasasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
f.       Makna
 Adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.

Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi dibedakan menjadi dua, yaitu struktur batin puisi dan struktur fisik puisi:

1.       Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi           hal-hal sebagai berikut:

a.       Tema/ makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
b.      Rasa (feeling), yaitu sikap penyari terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Ke dalam pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
c.       Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong menganggap bodoh dan rendah pembaca.
d.      Amanat/tujuan/maksud (intention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyari menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.


2.      Struktur fisik puisi, atau terkadang pula disebut metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut:

a.       Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan berisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut dengan menentukan pemaknaan terhadap puisi.
b.      Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, makna kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 1987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpanan yaitu; penyimpanan leksikal, penyimpanan semantis, penyimpanan fonologis, penyimpanan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/ profesi tertentu), penyimpanan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik).
c.       Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
d.      Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan.
e.       Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/ meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas.
f.       Versifikasi, yaitu menyangkut rima. Ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, di tengah, dan di akhir baris puisi. Rima mencakup (a) onomatope (tiruan terhadap bunyi) (b) bentuk intern pola bunyi (alterasi, asonasi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak, berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi) (c) pengulangan kata/ ungkapan. Ritme merupakan tinggi- rendah, panjang-pendek, keras-lembutnya bunyi.


2.3 Puisi Parnasian
Parnasian adalah sekelompok penyair Perancis pada pertengahan akhir abad 19 yang menunjukkan sifat puisi-puisi yang mengandung nilai keilmuan. Puisi parnasian diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair (Waluyo, 1995:140). Puisi-puisi ini biasanya ditulis oleh ilmuwan yang kebetulan mempunyai kemampuan menulis puisi. Walaupun demikian, puisi parnasian tetap merupakan puisi, yang akan tetap diapresiasi dan diproduksi oleh masyarakat sastra Indonesia. Bahkan, Wellek dan Warren (Budianta, 1993:28) menyamakan puisi sebagai sejenis pengetahuan. Apapun pengetahuan yang akan disampaikan dan apapun latar belakang keilmuan penyair, sesuatu akan menjadi puisi jika ia diciptakan dengan segala piranti puitik yang ada. Puisi-puisi yang ditulis oleh ilmuwan yang kebetulan mampu menulis puisi, kebanyakan adalah puisi parnasian. Puisi-puisi Rendra dalam Potret Pembangunan dalam Puisi yang banyak berlatar belakang teori ekonomi dan sosiologi dapat diklasifikasikan sebagai puisi parnasian. Demikian juga puisi-puisi Dr. Ir. Jujun S. Suriasumantri yang sarat dengan pertimbangan keilmuan. Puisi prosaic seperti karya penyair-penyair tahun 1970-an dibawah ini, termasuk puisi yang menggunakan bahasa parnasian.
Karena Jajang
Tuhan
Saya minta duit
Buat beli sugus
Karena jajang
Lagi doyan sugus.
Oleh: Arifin C. Noer, 1978

            Contoh lain dari Puisi Parnasian:

Orang-orang Miskin
Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.
Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.
Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.
Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang miskin berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan agar tata negara mataram jangan di kedepankan rata.
Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Orang-orang perempuan bunga raya
menyuapi para putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu hindarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.
Orang-orang miskin. Berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau mereka
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah....
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim..
Oleh: WS. Rendra
Djogja, 4 Februari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi

2.3 Puisi Inspiratif
           Puisi inspiratif diciptakan berdasaran mood atau passion. Penyair benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat ke dalam puisi itu. Dengan  “mood” , puisi yang diciptakan akan mempunyai kekuatan untuk memikat perhatian pembaca. Puisi inspiratif biasanya tidak sekali baca habis. Pembaca memerlukan waktu cukup lama untuk menafsirkan. Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” (karya penyair Chairil Anwar), “ Chatedrale des Chartres” (Sitor Situmorang), “Meditasi” (Abdul Hadi W.M), adalah contoh-contoh puisi inspiratif.


          Contoh-contoh dari puisi inspiratif:


Senja di Pelabuhan Kecil

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Oleh: Chairil Anwar
1946


Meditasi
I
Kupeluk sinar bulan. Tubuhku kedinginan.
Digerbang cahaya yang berkilauan akan segera nampak di depan kita sebuah gereja tua. Ketika lonceng berbunyi beribu burung terbang kesana hendak mensucikan diri. Sebab selalu ditempuhnya jalan yang sama, selalu dinyanyikan lagu yang sama dan sesat disarang yang sama.
Lalu kita dengar paduan suaranya. Seperti deru angin di pantai. “Demi Jesus, pahala sorga dan kenikmatan, akan kami hapuskan dosa kami seluruhnya,” begitu nyanyian mereka. “Tuhan, pujaan Ayub dan Yusuf, gembala Musa dan Muhammad-bentangkanlah paada kami jalaan yang benar dari aroma bintang dan buah-buahan.”
O, burung-burung, sudahkah kau baca Farid Attar? Yurussalem dan Mekkah tidak seluas hati dan jiwa ini. Pohon-pohon rindang lebat tumbuh juga dalam hatimu. Nyanyikanlah itu sepanjang pagi sepanjang sore.
II
Di sini  semenjak lama aku adalh seorang rahib yang mengheningkan cipta dalam sebatang kayu. Kebenaran kudapat dari embun dan mawar. Abadi. Seperti ciuman perempuan dan bintang-bintang. Tapi perempuan tua ini selau merayuku dan minta aku menyusu pula hingga kering dan mandul teteknya. Itulah dunia.
III
Akupun sudah letih naik turun candi, ke luar masuk gereja dan mesjid. Tuhan makin sempit rasa kebangsaannya, “Musa! Musa! Akulah tuhan orang israel!” teriaknya Di mesjid, dirumah sucinya yang lain ia berkata pula “Akulah hadiah seluruh dunia, tapi sinarku memancarkan di Arab”. Aku termenung. Apa kekurangan orang Jawa? Kunyanyikan Bach dalam tembang kinanti dan kupulas Budha jadi seorang dukun di Madura. Aku menemu sinar di mata kakekku yang sudah mati. Bila hari menahun dan kota jadi benua, aku akan bikin negeri disebuah flat karena aku pun adalah rumah-Nya.
IV
Bercakap-cakap dari pintu ke pintu. Bernyanyi dari pintu ke pintu. Mengetuknya berkali-kali. Sudah lama aku tak tahu di mana Dia sebenarnya, di mesjid, di kuil ataukah di gereja. Pernahkah aku percaya benar pada cinta dan kebijaksanaan yang jauh dari kemauanku sendiri. Kata mereka, “Berbaiklah kepada semua orang dan berjalanlah di jalan suci!”. Bagai seekor keledai aku pun melenggang membawa beban berisi hartanya dan sampai di sebuah gurun. Kafilah tidak bisa menunjukkan jalan lagi. Kami berpisah tengah malam. Bintang-bintang berloncatan gembira di langit yanng tinggi. Tapi di tengah kelaparan  dan panas akun pun menjelma seekor singa. Aku tak mau lagi mendengarkan khotbah  dan nasehat. Sakramenku ialah ketiadaan. Sahabatku perobahan yang terus-menerus. Dan kota suciku ialah hati. Kalau di menar itu nanti kuteriakan azan. Cacing-cacing akan berkumpul mendatangiku di waktu magrib bersembahyang berzikir mendoakan ketentraman dunia yang baru.
V
Tidak. Sebaiknya kau datang saja di sore hari di saat aku bercermin. Tapi jangan lagi mewujud atau menjelma. Tuhan, siapakah namaMu yang sebenarNya? Dari manakah asalMU? Apkah kebangsaanMu? Dan apa pula AgamaMu? Manusia begitu ajaib. Mereka pandai benar membuat ratusan teori tentang Aku dengan susah payah. Tapi siapa Aku yang sebenarnya. Aku sendiri pun tidak pernah tahu siapa sebenarnya Aku, dari mana dan sedang menuju kemana.

Oleh:Abdul Hadi W. M.
1974

Hantu Bermuka Manusia

Ruang ini lumpuh,,,
Pecah,,

Ruang ini tlah hilang nyawa,,
mendekam diam,,,

Ada hantu bermuka seram,,,
tampak dan kelam,,,

Mukanya kasar,hitam,bengis,,
mampu melahap ratusan,
jutaan dan ribuan tawa anak manusia,,

Bunuh dia,,,
musnahkan,,,,
agar tawa itu kembali,,
ruang itu berwarna,,

Oleh: Vera Astuty


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
   kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya  berarti penciptaan. Di dalam puisi terdapat beberapa unsur-unsur puisi, secara sederhana batang puisi terbentuk dari beberapa unsur-unsur, yaitu kata, larik, bait, bunyi, dan makna. Adapun secara detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
 Puisi parnasian diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirsi karena adanya mood dalam jiwa penyair (Waluyo, 1995:140).
Puisi inspiratif diciptakan berdasaran mood atau passion. Penyair benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat ke dalam puisi itu.


3.2 Saran
Saran yang ingin disampaikan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah:Pelajarilah karya sastra dengan baik agar kita memperoleh pengetahuan tentang karya sastra  terutama puisi. Dalam menulis karya sastra adalah suatu hal yang sangat menyenangkan dan bisa menjadi motivasi untuk menjadi seorang sastrawan. Oleh sebab itu, marilah kita belajar berkarya sastra tingkatkanlah prestasi belajar untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.















RUJUKAN



Waluyo, Herman. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Gramedia.

Aminuddin. 1998. Pengantar Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Sinar Baru.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1.  Hasil Uji homogenitas dari sebuah data dengan  menggunakan uji Bartlett: 2. Hasil uji normalitas mengunakan Chi kuadrat ...