PUISI
PARNASIAN DAN PUISI INSPIRATIF
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI
TUGAS MATAKULIAH
Teori Sastra
yang dibina oleh
Ibu Masnuatul Hawa M. Pd.
Oleh:
Amelia
Rohmana
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
IKIP
PGRI Bojonegoro
Mei 2016
KATA
PENGANTAR
Assalamu`alaikum
warahmatullahi Wabarakatuh.
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat, taufik, serta
petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang penulis beri judul “Puisi Parnasian dan Puisi Inspiratif”
Penulis mengucapkan rasa berterimaksih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan,
baik dari segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan
lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya
kepada dosen pembimbing, penulis meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah penulis dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
Wassalamu`alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bojonegoro,
Mei 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................... 1
1.2 Tujuan........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puisi......................................................... 2
2.2 Unsur-unsur Puisi...................................................... 3
2.3 Jenis Puisi Parnasian.................................................. 6
2.4
Jenis Puisi Inspiratif................................................. 9
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.................................................................... 12
3.1 Saran.......................................................................... 12
RUJUKAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada awalnya istilah puisi
berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang
berarti pembangunan, pembentuk, pembuat.
Selanjutnya makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang
kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak,
dan kadang-kadang kata kiasan.
Jenis pusi di Indonesia
ialah sebagai kreasi manusia yang selalu berkembang dari masa ke masa.
Perkembangan puisi merupakan refleksi pemikiran penyair dalam menyikapi zaman,
sekaligus menyikapi perpuisian itu sendiri.
Ahli-ahli satra banyak
yang membedakan dan membagi perpuisian menjadi puisi lama dan puisi baru. Puisi
lama merupakan puisi yang terkait oleh aturan-aturan, puisi baru adalah puisi
yang tidak terkait oleh aturan, artinya puisi baru bentuknya lebih bebas dari
pada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Namun,
apa yang disebut pusi lama itu masih tetap diapresiasi dan diproduksi sampai
saat ini. Disampng itu, puisi baru juga tidak bisa melepaskan puisi lama karena ia
bisa jadi ilham yang penuh keindahan untuk disusun.
2.2 Tujuan
Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis membuat
makalah ini guna membantu dan memberikan wawasan pegetahuan para pembaca yang ingin menekuni dunia puisi.
Selain dapat mengetahui pengertian puisi dan unsur-unsur puisi, makalah ini akan lebih mendalami lagi
membahas tentang pengertian puisi parnasian dan puisi inspiratif, sehingga
pembaca dapat mengetahui pengertian dari puisi parnasian dan puisi inspiratif.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi dalam
bahasa Yunani berasal dari poesis
yang artinya berarti penciptaan. Dalam
bahasa Inggris, pada kata puisi ini adalah poetry
yang erat dengan poet dan –poem. Mengena kata poet, Coulter (dalam
Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam
bahasa yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui
imajinasinya, orang yang hampir-hampir meyerupai dewa atau yang amat suka
kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang
sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran
yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo,
1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para
penyair romantik Inggris sebagai berikut:
a. Samuel
Taylor Coleridge
Mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang
terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan
disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur
dengan unsur lain sangat erat hubungannya, dan sebagainya.
b. Carlyle
Mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal.
Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik
dalam puisinya , kata-kata disusun
begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkain bunyinya yang merdu seperti
musik, yaitu dengan mempergunakan
orkestra bunyi.
c. Wordsworth
Mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang
imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan.
d. Dunton
Berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia
secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya,
dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya
selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya
penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturut-turut
secara teratur).
e. Shelley
Mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah
dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan
menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak,
percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai.
Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.
2.3 Unsur-Unsur Puisi
Secara
sederhana batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik,
bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah
puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut:
a.
Kata
Adalah unsur
utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat
menentukan kesatuan dan kutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih
diformulasi menjadi sebuah larik.
b.
Larik (baris)
Mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat
dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti
sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat
buah, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
c.
Bait
Merupakan kumpulan larik yang tersusun
harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna.
d.
Bunyi
Dibentuk oleh
irama dan rima. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh
huruf atau katra-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah
pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi.
Timbulnya irama disebabkan oleh perualangan bunyi secara berturut-turut dan
bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait),
tekanan-tekanan kata yang bergantian keras-lemahnya (karena sifat-sifat
konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa
irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang
menciptakan efek musiklasasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan
enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
f.
Makna
Adalah unsur tujuan dari pemilihan kata,
pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi
tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi
dibedakan menjadi dua, yaitu struktur batin puisi dan struktur fisik puisi:
1. Struktur batin puisi, atau sering pula
disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Tema/ makna (sense);
media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna,
maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna
keseluruhan.
b. Rasa (feeling),
yaitu sikap penyari terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan
psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin,
kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan
psikologis, dan pengetahuan. Ke dalam pengungkapan tema dan ketepatan dalam
menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih
kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak
bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang
terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
c. Nada (tone),
yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan
rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja
sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja
kepada pembaca, dengan nada sombong menganggap bodoh dan rendah pembaca.
d. Amanat/tujuan/maksud
(intention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyari
menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan
puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
2. Struktur fisik puisi, atau terkadang pula
disebut metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk
mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Perwajahan
puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi
kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan berisnya, hingga baris puisi yang tidak
selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal
tersebut dengan menentukan pemaknaan terhadap puisi.
b. Diksi, yaitu
pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi
adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak
hal, makna kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata
dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 1987:68-69)
menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpanan yaitu;
penyimpanan leksikal, penyimpanan semantis, penyimpanan fonologis, penyimpanan
sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh
kelompok/ profesi tertentu), penyimpanan historis (penggunaan kata-kata kuno),
dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik).
c. Imaji, yaitu
kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual),
dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan
pembaca seakan-akan melihat, mendengar dan merasakan seperti apa yang dialami
penyair.
d. Kata kongkret,
yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya
imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata
kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, sedangkan kata
kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi,
kehidupan.
e. Bahasa
figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/ meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya
akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas.
f. Versifikasi,
yaitu menyangkut rima. Ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada
puisi, baik di awal, di tengah, dan di akhir baris puisi. Rima mencakup (a)
onomatope (tiruan terhadap bunyi) (b) bentuk intern pola bunyi (alterasi,
asonasi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak, berselang, sajak berparuh,
sajak penuh, repetisi bunyi) (c) pengulangan kata/ ungkapan. Ritme merupakan
tinggi- rendah, panjang-pendek, keras-lembutnya bunyi.
2.3
Puisi Parnasian
Parnasian
adalah sekelompok penyair Perancis pada pertengahan akhir abad 19 yang
menunjukkan sifat puisi-puisi yang mengandung nilai keilmuan. Puisi parnasian
diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh
inspirasi karena adanya mood dalam
jiwa penyair (Waluyo, 1995:140). Puisi-puisi ini biasanya ditulis oleh ilmuwan
yang kebetulan mempunyai kemampuan menulis puisi. Walaupun demikian, puisi
parnasian tetap merupakan puisi, yang akan tetap diapresiasi dan diproduksi
oleh masyarakat sastra Indonesia. Bahkan, Wellek dan Warren (Budianta, 1993:28)
menyamakan puisi sebagai sejenis pengetahuan. Apapun pengetahuan yang akan
disampaikan dan apapun latar belakang keilmuan penyair, sesuatu akan menjadi
puisi jika ia diciptakan dengan segala piranti puitik yang ada. Puisi-puisi
yang ditulis oleh ilmuwan yang kebetulan mampu menulis puisi, kebanyakan adalah
puisi parnasian. Puisi-puisi Rendra dalam Potret
Pembangunan dalam Puisi yang banyak berlatar belakang teori ekonomi dan
sosiologi dapat diklasifikasikan sebagai puisi parnasian. Demikian juga
puisi-puisi Dr. Ir. Jujun S. Suriasumantri yang sarat dengan pertimbangan
keilmuan. Puisi prosaic seperti karya penyair-penyair tahun 1970-an dibawah
ini, termasuk puisi yang menggunakan bahasa parnasian.
Karena Jajang
Tuhan
Saya minta duit
Buat beli sugus
Karena jajang
Lagi doyan sugus.
Oleh: Arifin C. Noer, 1978
Contoh lain dari Puisi Parnasian:
Orang-orang
Miskin
Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.
Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.
Orang-orang miskin. Orang-orang
berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.
Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.
Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang miskin berkembang di kota dan di desa.
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang miskin berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan agar tata negara mataram jangan di kedepankan rata.
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan agar tata negara mataram jangan di kedepankan rata.
Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Orang-orang perempuan bunga raya
menyuapi para putramu.
masuk ke dalam tidur malammu.
Orang-orang perempuan bunga raya
menyuapi para putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu hindarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu hindarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari
gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.
Orang-orang miskin. Berbaris
sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau mereka
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah....
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim..
bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau mereka
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah....
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim..
Oleh: WS. Rendra
Djogja, 4 Februari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi
Potret Pembangunan dalam Puisi
2.3
Puisi Inspiratif
Puisi inspiratif diciptakan
berdasaran mood atau passion. Penyair benar-benar masuk ke dalam suasana yang
hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat ke dalam puisi
itu. Dengan “mood” , puisi yang diciptakan
akan mempunyai kekuatan untuk memikat perhatian pembaca. Puisi inspiratif biasanya
tidak sekali baca habis. Pembaca memerlukan waktu cukup lama untuk menafsirkan.
Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” (karya penyair Chairil Anwar), “ Chatedrale
des Chartres” (Sitor Situmorang), “Meditasi” (Abdul Hadi W.M), adalah
contoh-contoh puisi inspiratif.
Contoh-contoh
dari puisi inspiratif:
Senja
di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari
cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga
kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Oleh:
Chairil Anwar
1946
Meditasi
I
Kupeluk
sinar bulan. Tubuhku kedinginan.
Digerbang
cahaya yang berkilauan akan segera nampak di depan kita sebuah gereja tua. Ketika
lonceng berbunyi beribu burung terbang kesana hendak mensucikan diri. Sebab
selalu ditempuhnya jalan yang sama, selalu dinyanyikan lagu yang sama dan sesat
disarang yang sama.
Lalu
kita dengar paduan suaranya. Seperti deru angin di pantai. “Demi Jesus, pahala
sorga dan kenikmatan, akan kami hapuskan dosa kami seluruhnya,” begitu nyanyian
mereka. “Tuhan, pujaan Ayub dan Yusuf, gembala Musa dan Muhammad-bentangkanlah
paada kami jalaan yang benar dari aroma bintang dan buah-buahan.”
O,
burung-burung, sudahkah kau baca Farid Attar? Yurussalem dan Mekkah tidak
seluas hati dan jiwa ini. Pohon-pohon rindang lebat tumbuh juga dalam hatimu.
Nyanyikanlah itu sepanjang pagi sepanjang sore.
II
Di
sini semenjak lama aku adalh seorang
rahib yang mengheningkan cipta dalam sebatang kayu. Kebenaran kudapat dari
embun dan mawar. Abadi. Seperti ciuman perempuan dan bintang-bintang. Tapi
perempuan tua ini selau merayuku dan minta aku menyusu pula hingga kering dan
mandul teteknya. Itulah dunia.
III
Akupun
sudah letih naik turun candi, ke luar masuk gereja dan mesjid. Tuhan makin
sempit rasa kebangsaannya, “Musa! Musa! Akulah tuhan orang israel!” teriaknya
Di mesjid, dirumah sucinya yang lain ia berkata pula “Akulah hadiah seluruh
dunia, tapi sinarku memancarkan di Arab”. Aku termenung. Apa kekurangan orang
Jawa? Kunyanyikan Bach dalam tembang kinanti dan kupulas Budha jadi seorang
dukun di Madura. Aku menemu sinar di mata kakekku yang sudah mati. Bila hari
menahun dan kota jadi benua, aku akan bikin negeri disebuah flat karena aku pun
adalah rumah-Nya.
IV
Bercakap-cakap
dari pintu ke pintu. Bernyanyi dari pintu ke pintu. Mengetuknya berkali-kali.
Sudah lama aku tak tahu di mana Dia sebenarnya, di mesjid, di kuil ataukah di
gereja. Pernahkah aku percaya benar pada cinta dan kebijaksanaan yang jauh dari
kemauanku sendiri. Kata mereka, “Berbaiklah kepada semua orang dan berjalanlah
di jalan suci!”. Bagai seekor keledai aku pun melenggang membawa beban berisi
hartanya dan sampai di sebuah gurun. Kafilah tidak bisa menunjukkan jalan lagi.
Kami berpisah tengah malam. Bintang-bintang berloncatan gembira di langit yanng
tinggi. Tapi di tengah kelaparan dan
panas akun pun menjelma seekor singa. Aku tak mau lagi mendengarkan khotbah dan nasehat. Sakramenku ialah ketiadaan.
Sahabatku perobahan yang terus-menerus. Dan kota suciku ialah hati. Kalau di menar
itu nanti kuteriakan azan. Cacing-cacing akan berkumpul mendatangiku di waktu
magrib bersembahyang berzikir mendoakan ketentraman dunia yang baru.
V
Tidak.
Sebaiknya kau datang saja di sore hari di saat aku bercermin. Tapi jangan lagi
mewujud atau menjelma. Tuhan, siapakah namaMu yang sebenarNya? Dari manakah
asalMU? Apkah kebangsaanMu? Dan apa pula AgamaMu? Manusia begitu ajaib. Mereka
pandai benar membuat ratusan teori tentang Aku dengan susah payah. Tapi siapa
Aku yang sebenarnya. Aku sendiri pun tidak pernah tahu siapa sebenarnya Aku,
dari mana dan sedang menuju kemana.
Oleh:Abdul
Hadi W. M.
1974
Hantu
Bermuka Manusia
Ruang ini lumpuh,,,
Pecah,,
Ruang ini tlah hilang nyawa,,
mendekam diam,,,
Ada hantu bermuka seram,,,
tampak dan kelam,,,
Mukanya kasar,hitam,bengis,,
mampu melahap ratusan,
jutaan dan ribuan tawa anak manusia,,
Bunuh dia,,,
musnahkan,,,,
agar tawa itu kembali,,
ruang itu berwarna,,
Oleh: Vera Astuty
Pecah,,
Ruang ini tlah hilang nyawa,,
mendekam diam,,,
Ada hantu bermuka seram,,,
tampak dan kelam,,,
Mukanya kasar,hitam,bengis,,
mampu melahap ratusan,
jutaan dan ribuan tawa anak manusia,,
Bunuh dia,,,
musnahkan,,,,
agar tawa itu kembali,,
ruang itu berwarna,,
Oleh: Vera Astuty
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berarti
penciptaan. Di dalam puisi terdapat beberapa unsur-unsur puisi, secara
sederhana batang puisi terbentuk dari beberapa unsur-unsur, yaitu kata, larik,
bait, bunyi, dan makna. Adapun secara detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan
menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
Puisi parnasian diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau
pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirsi karena adanya mood dalam jiwa penyair (Waluyo, 1995:140).
Puisi inspiratif diciptakan berdasaran mood atau passion.
Penyair benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana
batin penyair benar-benar terlibat ke dalam puisi itu.
3.2 Saran
Saran yang
ingin disampaikan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah:Pelajarilah karya
sastra dengan baik agar kita memperoleh pengetahuan tentang karya sastra terutama puisi. Dalam menulis karya sastra
adalah suatu hal yang sangat menyenangkan dan bisa menjadi motivasi untuk
menjadi seorang sastrawan. Oleh sebab itu, marilah kita belajar berkarya sastra tingkatkanlah
prestasi belajar untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
RUJUKAN
Waluyo, Herman. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta:
Gramedia.
Aminuddin. 1998. Pengantar Apresiasi Sastra Indonesia.
Jakarta: Sinar Baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar