Sabtu, 21 Mei 2016

makalah linguistik umum

LINGUISTIK UMUM

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Linguistik Umum
yang dibina oleh Bapak Drs. Lasimin Isnur, M.Pd.i







Oleh
Amelia Rohmana





IKIP PGRI BOJONEGORO
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
Mei 2016
















KATA PENGANTAR




            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat beriring salam kami do’a kan, samoga selalu tercurah pada nabi besar kita, nabi Muhammad SAW.
            Terima kasih kepada dosen pembimbing  yang telah memberikan kami kepercayaan untuk menyelesaikan makalah tentang”Linguistik Umum”. Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan kepada kami. Terima kasih atas kerja sama dari teman-teman semua.
            Sebagai manusia yang masih banyak kekurangan terutama ilmu pengetahuan dan pengalaman, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun, agar kedepannya kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat untuk semua.
Terima kasih.




                                                                                                Bojonegoro,Mei 2016




                                                                                                            Penulis



















DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.............................................................................      i
DAFTAR ISI..............................................................................................    ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................    1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................     1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................     1         
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................    2
2.1 Pengertian Linguistik...........................................................................     2
2.2 Objek Linguistik..................................................................................     5
2.3 Ruang Lingkup Linguistik...................................................................     13
BAB III PENUTUP..................................................................................     15
3.1 Kesimpulan.........................................................................................      15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................    16










BAB I
PENDAHULUAN


1.1     Latar Belakang Masalah
            Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tapat lagi, seperti dikatakan Martinet telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Dalam berbagai buku mungkin rumusannya agak berbeda, tetapi, bahwa bahasa menjadi kajian linguistik, kiranya tidak perlu diperdebatkan lagi.
            Bahasa sebagai objek kajian linguistik bisa kita bandingkan dengan peristiwa-peristiwa alam yang menjadi objek kajian ilmu fisika; atau dengan berbagai penyakit dan cara pengobatannya yang menjadi objek kajian ilmu kedokteran; atau dengan gejala-gejala sosial dalam masyarakat yang menjadi objek kajian sosiologi. Meskipun dalam dunia keilmuan ternyata yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya bukan hanya linguistik, tetapi linguistik tetap merupakan ilmu yang memperlakukan bahasa sebagai bahasa; sedangkan ilmu lain tidak demikian.
1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.      Apa pengertian dari Linguistik?
2.      Apa Objek Linguistik?
3.      Apa saja Ruang Lingkup Linguistik?







BAB II
PEMBAHASAN


2.1 PENGERTIAN LINGUISTIK
A.     Terminologi kunci dalam studi linguistik (Definisi Linguistik)
Linguistik adalah ilmu bahasa (verhaar, 1966 : 1).  Definisi ini hampir tidak memberi gambaran cukup kepada pembaca, serta tidak memberi suatu indikasi yang positif mengenai asas-asas dasar bidang studi ini. Definisi tersebut mungkin dapat diperjelas sedikit dengan menguraikan lebih rinci yang terkandung dalam batasan “Bahasa” itu sendiri. Bahasa dapat diartikan sebagai suatu lambang bunyi yang arbitrer (manasuka). Ferdinand De Saussure mengartikan bahasa kedalam tiga bentuk, yaitu tuturan, aturan, dan semestaan.  Namun secara garis besar pengertian dari bahasa adalah suatu perantara yang digunakan oleh sekelompok anggota sosial untuk saling berkomunikasi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa linguistik adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji tentang sistem lambang bunyi arbitrer, yang digunakan oleh sekelompok anggota sosial untuk berkomunikasi. Linguistik sering disebut sebagai linguistik umum. Mengapa demikian? Sebab linguistik bersifat menyeluruh. Linguistik tidak hanya menyelidiki salah satu bahasa saja, akan tetapi menyelidiki seluruh bahasa yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya.
B.      Sejarah linguistik
Secara garis besar sejarah perkembangan bahasa terjadi melalui 3 tahapan zaman yaitu, zaman kuno/klasik, zaman modern, dan zaman pos modern. Linguistik sudah ada sejak zaman kuno yaitu sekitar akhir abad ke-4 SM. Akan tetapi ini bukan awal kelahiran dari linguistik, disini linguistik hanya masih di ibaratkan sebagai embrio saja.  Selanjutnya memasuki zaman Yunani atau yang sering disebut dengan tata bahasa tradisional. Tokoh-tokoh yang berperan di zaman ini antara lain adalah Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Pada zaman ini mulai disusun suatu gramatika (tata bahasa) yang  didasarkan pada logika, namun pembagian katanya sudah lebih lengkap. Disinilah awal lahirnya linguistik dalam dunia kebahasaan. Plato dengan tegas membedakan kata benda (nomina) dengan kata kerja (verba).  Menurut plato nomina adalah kata yang dapat berfungsi dalam kalimat sebagai subjek sesuatu dalam predikat, sedangkan verba adalah kata yang dapat menyatakan perbuatan atau kualitas yang disebut dalam predikat (John L, 1995 : 11).  Kemudian pada abad pertengahan dibuat pembagian kata-kata menjadi nomina, verba, dan ajektiva. Aristoteles mengikuti pembedaan antara nomina dan verba seperti Plato, tetapi menambahkan satu kelas lain yang berbeda yaitu kata sambung atau konjungsi. Menurut Aristoteles maksud dari istilah ini adalah semua kata yang tidak termasuk ke dalam kelas nomina dan verba. Satu langkah yang lebih maju yang dibuat Aristoteles adalah pengenalan akan kategori kala dalam kata kerja Yunani. Dia memperhatikan bahwa variasi sistematis tertentu pada bentuk-bentuk kata kerja dapat dihubungkan dengan pengertian waktu seperti kini atau lampau. Namun ajarannya dalam hal ini masih kurang jelas. Kemudian para iskandaria meneruskan karya para ahli tata bahasa kelompok Stoa. Yaitu kelompok di zaman Yunani yang paling memperhatikan bahasa. Iskandarialah yang sekarang kita sebut sebagai tata bahasa tradisional. Memasuki zaman Renaisanse minat terhadap bahasa-bahasa daerah berkembang luas sekali, dan buku-buku tata bahasa ditulis dalam jumlah besar. Selanjutnya di abad ke-19 memasuki akhir abad ke-20, ada seorang tokoh yang kemudian dikenal sebagai bapak Linguistika modern, yaitu “FerdinandDe Sawssure” yang memiliki pemikiran-pemikiran luar biasa tentang ilmu bahasa. Ia mengembangkan satu study bahasa yang tidak diakronis lagi, tetapi secara sinkronis, yang kemudian dikenal dengan nama linguistik struktural. Pada abad ini, peradaban mulai berkembang, tidak hanya 1 tempat, tetapi di berbagai tempat, dengan penekanan yang berbeda-beda. Pembedaan ini dinamai berdasarkan nama tempatnya. Kemudian pada tahun 60’an mulai berkembang satu model pemikiran dekonstruksi yang inti pemikirannya dengan cara menentang pemikiran lama dan membuat pemikiran baru. Dan selanjutnya di masa-masa yang berikutnya, linguistika dikembangkan lagi oleh para ahli bahasa yang lain menjadi tata bahasa yang lebih baik lagi hingga saat ini.
C.      Perkembangan linguistik di Indonesia
Perkembangan linguistik di Indonesia terjadi melalui empat periode, yang pertama dimulai dari periode dominasi tradisional yaitu sebelum tahun 1965’an. Pada periode ini perkembangan linguistik di indonesia terdominasi oleh tata bahasa tradisional, yaitu sebuah tata bahasa yang diwarnai oleh campuran logika, seperti S=P yang dapat diartikan sebagai subyek mengakui predikat. Beberapa bukti terkait dengan pernyataan tersebut adalah banyaknya karya-karya seperti buku pada periode ini yang penjelasan konsepnya banyak didasarkan pada makna pengidentifikasian donimasi tradisional. Selanjutnya memasuki tahun 1965’an-1985’an atau yang disebut dengan periode dominasi struktural. Pada tahun 1970’an telah diterbitkan buku bahasa indonesia yang membuktikan bahwa aliran stuktural mulai dikenal teristimewa dalam bidang pengajaran bahasa indonesia. Dominasi ini semakin kokoh ketika pemerintah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melakukan perubahan dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975. Beberapa bukti lain perkembangan teori ini adalah diterbitkannya buku ilmu bahasa indonesia (1967-1970, M. Ramlan), buku analisa bahasa (1978, Samsuri), sertabuku predikat obyek dalam bahasa indonesia (1979, Sudaryanto). Kemudian lanjut ke periode dominasi transformasional ditengah variasi, yaitu pada tahun 1985-1990’an. Pada periode ini, perkembangan linguistik di indonesia mulai muncul berbagai macam variasi teori. Variasi-variasi tersebut tampak pada penerbitan karya-karya terjemahan dari beberapa buku yang diantaranya adalah ilmu bahasa : pengantar dasar (1982, Unlenbeck), ilmu bahasa : pengantar (1987, Andremarinet), ilmu bahasa lapangan (1988, William J. Samarin), pengantar linguistik umum (1988, Ferdinand De Saussure), dan lain sebagainya. Kevariasian teori dalam periode ini semakin kuat dengan adanya pemasukan bab wacana dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Kevariasian juga mendominasi periode ini dengan perkembangan ilmu-ilmu hibridis di bidang bahasa. Dan periode yang terakhir adalah periode warna-warni teori yang ada pada awal tahun 2000’an. Warna-warni teori dalam periode ini adalah didasarkan pada teori-teori yang sebelumnya, yaitu teori yang ikut mewarnai peristiwa linguistik bahasa indonesia seperti teori tradisional, struktural, dan transformasi. Dan dimasa yang akan datang , untuk perkembangan linguistik yang selanjutnya diharapkan akan muncul lagi teori yang baru terkait dengan linguistik. Jadi berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa perkembangan linguistik di indonesia didominasi oleh empat periode yang masing-masing periode didasarkan pada bukti hasil karya-karya yang diterbitkan.
D.     Prinsip dasar studi linguistik
Linguistik adalah studi yang didasarkan pada sebuah realita, dimana obyek yang dikaji meliputi obyek materia dan obyek forma. Prinsip dasar studi linguistik mengobyekkan obyek materia sebagai bahasa lisan. Obyek materia itu sendiri meliputi beberapa prinsip-prinsip penelitian, yang diantaranya adalah natural. Yang dimaksud natural disini adalah bukan hasil rekayasa dalam berbagai kepentingan atau dapat dikatakan linguistik mendatakan hasil penelitian berdasarkan fakta. Yang kedua yaitu deskripsi, maksudnya data harus diberikan sebagaimana adanya. Deskripsi yang baik adalah deskripsi data yang diberikan oleh peneliti mampu membuat pembaca percaya dengan apa yang ia diskripsikan.  Selain itu, diluar natural dan deskripsi ada studi linguistik yang bersifat preskriptif. Dalam prinsip ini, penelitian didasarkan atas kaidah /teori yang dibawa oleh peneliti, sehingga penelitian tersebut dikaji atas dasar teori pikiran yang ada pada peneliti. Akan tetapi, Linguistik adalah ilmu pengetahuan deskriptif, bukan preskriptif. Tugas utama dari seorang linguis adalah menggambarkan (describe) bagaimana sebenarnya orang-orang memakai bahasa mereka untuk berbicara maupun menulis tidak menetapkan (prescribe) bagaimana seharusnya mereka berbicara dan menulis (john L. 1995:43). Jadi dapat dikatakan bahwa linguistik adalah ilmu yang empiris, yaitu ilmu yang berdasarkan pada fakta dan data yang dapat diuji oleh ahli tertentu dan juga oleh semua ahli lainnya.
E.      Hubungan linguistik dengan ilmu lain
Bahasa yang dikaji oleh linguistik akan menjadi ciri khusus manusia sebagai makhluk homozimbolikum, yaitu seperti yang dikatakan oleh Ernest K bahwa determinan manusia dengan makhluk yang lain itu adalah simbol. Terdapat beberapa ilmu lain yang berhubungan dengan linguistika. Beberapa disiplin  ilmu hibridis  yang berhubungan dengan linguistika yang pertama yaitu sosiologi. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang sosialisasi manusia dengan masyarakat. Adanya ilmu sosiologi didalam linguistika, ini melahirkan studi bahasa baru yang disebut dengan sosiolinguistika. Sosiolinguistika merupakan cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi penggunaan bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang alami. Didiplin ilmu hibridis yang kedua adalah antropologi. Adanya hubungan antara ilmu antropologi dengan linguistika dalam bahasa, mampu berkembang menjadi studi ilmu baru yakni Antropolinguistika, yaitu cabang ilmu linguistik yang mengkaji bahasa dari perspektif kebudayaan manusia.  Ilmu hibridis yang berhubungan dengan linguistik yang selanjutnya adalah psikologi. Di dalam linguistika, psikologi dikenal dengan istilah psikolinguitika, yakni sebuah cabang ilmu linguistik yang mengkaji variasi bahasa yang berhubungan dengan mental seseorang. Adanya psikolinguistik ini mampu melahirkan sebuah komperhensi bahasa, aposisi bahasa, produksi bahasa serta koherensi bahasa, yang dapat dikaji di dalam psikolinguistika. Selanjutnya cabang ilmu linguistika setelah psikoliguistika lahir studi bahasa yang disebut dengan neurolinguistika, yaitu salah satu cabang kajian interdisipliner dalam ilmu linguistik dan ilmu kedokteran yang mengkaji hubungan antara otak manusia dengan bahasa. Kemudian linguistik juga berhubungan dengan ilmu dalam bidang informatika. Cabang ilmu yang mengkaji antara linguistik dengan informatika terutama dengan komputer disebut dengan komputasi linguistik. Sedangkan disiplin ilmu hibridis linguistik yang terakhir adalah etnolinguistika, yaitu cabang ilmu linguistika yang mengkaji bahasa yang berhubungan dengan etnis dan suku tertentu.  Jadi dapat dikatakan bahwa linguistika adalah cabang ilmu yang bersifat sosial, yakni linguistika berhubungan atau membutuhkan ilmu-ilmu lain didalam suatu kajiannnya.
F.       Dikotomi linguistik
Linguistik sebagai ilmu bahasa memiliki banyak sekali karakteristik yang membedakannya dengan ilmu lain. Beberapa karakteristik tersebut dijelaskan dalam istilah-istilah yang diantaranya adalah linguistik teoritis dan linguistik terapan. Linguistik teoritis atau linguistik murni adalah ilmu bahasa yang mengkaji dengan tujuan menemukan kaidah bahasa yang otonom, sedangkan linguistik terapan adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti penerapan teori dari teoritis untuk bidang tertentu, misal pembelajaran bahasa; penerjemahan; pragmatig klinis; leksikografi; leksikologi; dll. Selanjutnya adalah linguistik sinkronis dan diakronis. Perbedaan dari keduanya adalah terletak pada kurun waktunya. Linguistik sinkronis mengkaji bahasa dalam kurun waktu yang sama, sedangkan linguistik diakronis mengkaji bahasa dari dua atau lebih dalam kurun waktu yang berbeda. Kemudian dalam prinsip dasar studi linguistik dikenal istilah preskriptif dan deskriptif. Pengertian dari preskriptif adalah ilmu yang mengkaji bahasa dari sudut pandang teori tertentu dan bahasa yang dikaji itu sesuai dengan teori yang dipakai oleh peneliti,  sedangkan pengertian dari deskriptif sendiri adalah ilmu yang mengkaji bahasa berdasarkan data bahasa secara natural atau apa adanya tanpa mendasarkan teori tertentu. Selanjutnya dikenal juga istilah linguistik struktural dan pragmatikal. Linguistik struktural adalah ilmu yang mengkaji bahasa tanpa menghubungkan bahasa itu dengan penggunaannya, sedangkan linguistik pragmatikal adalah ilmu yang mengkaji tentang kaidah penggunaan bahasa. Bentuk dari linguistik adalah mengarah kepada elemen yang disebut elemen segmental, sedangkan isi dari linguistik mengacu pada konsep yang melekat pada bentuk bahasa tersebut. Selain beberapa istilah diatas tadi sebenarnya masih banyak lagi istilah-istilah lain dalam linguistik yang diantaranya adalah historis komparatif dan tipologis, linguistik makro dan mikro, sintakmatik dan paradigmatik, kompetensi dan perfomansi, kotekstual dan kontekstual, dan struktur luar dan dalam. Jadi secara garis besar linguistik memiliki banyak istilah yang menjadi karateristiknya sebagai ilmu bahasa.

2.2     Objek Linguistik: Bahasa
A.    Pengertian Bahasa
Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian. Dalam pendidikan formal di SMA,”Bahasa adalah alat komunikasi.”Sedangkan definisi bahasa menurut Sapir, Badudu, dan Keraf bahasa itu tidak menonjolkan fungsi, tetapi menonjolkan sosok bahasa itu seperti apa yang dikemukakan Kridalaksana dan juga Joko Kentjono, yaitu “Bahasa adalah system lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.”
Kriteria dalam menentukan dua buah tuturan adalah dua bahasa yang berbeda berdasarkan dua patokan, yaitu patokan linguistik dan patokan politis. Secara linguistik dua buah tuturan dianggap sebagai dua bahasa yang berbeda apabila anggota dari dua masyarakat tuturan itu tidak saling mengerti. Tetapi secara politis, dua buah bahasa yang berbeda berdasarkan asal negaranya.
Oleh karena itu, karena rumitnya dalam menentukan suatu parole (objek konkret) bahasa atau bukan, hanya dialek saja dari bahasa lain, maka hingga kini belum pernah ada angka yang pasti mengenai jumlah bahasa yang ada didunia ini.

B.     Hakikat Bahasa
a.       Bahasa Sebagai Sistem
            Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sebagai sebuah sistem, bahasa sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis, artinya bahasa tersusun berdasarkan suatu pola tertentu, sedangkan sistemis artinya bahasa bukan merupakan system tunggal, tetapi terdiri dari sub-sistem/sistem bawahan. Jenjang subsistem dalam linguistik, dikenal dengan nama tataran linguistic atau bahasa. Jika diurutkan dari tataran terendah sampai tertinggi, yang menyangkut ketiga subsistem struktural yaitu tataran fonem, morfem, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
            Dalam morfologi kata menjadi satuan terbesar dan dikaji struktur dan proses kajiannya, sedangkan sintaksis kata menjadi satuan terkecil dan dikaji sebagai unsur pembentuk sintaksis yang lebih besar.

b.      Bahasa Sebagai Lambang
            Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian yang sama. Lambang dengan berbagai seluk-beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah yang disebut ilmu semiotika atau semiologi. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang membuat penuturnya bisa menyampaikan semua pemikiran atau sikap sebagai sebuah lambang atau simbol untuk mengacu pada sesuatu yang disimbolkan. Hanya yang perlu digaris bawahi bahwa antara lambang dengan sesuatu yang dilambangkan tidak ada hubungan secara langsung. Setiap kata memang mengacu pada yang dilambangkan. Namun, kata saja tidak bisa dipahami secara utuh tanpa melibatkan konteks penggunaan kata itu dalam struktur yang lebih besar, seperti frasa, klausa, dan kalimat. Konteks berperan penting dalam penggunaan suatu kata sebagai lambang.

c.       Bahasa Adalah Bunyi
            Yang dimaksud dengan bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang diucapkan oleh alat ucap manusia. Dalam linguistik yang disebut bahasa, yang primer adalah yang diucapkan, yang dilisankan, yang keluar dari alat ucap manusia. Bahasa yang dilisankan inilah yang menjadi objek linguistik. hanyalah bersifat sekunder.

d.      Bahasa Itu Bermakna
            Yang dilambangkan dalam lughah itu adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiraan yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata (kalimah), frasa (tarki:b), klausa (jumailah), kalimat (jumlah), dan wacana (maqa:l). Semua satuan itu memiliki makna. Namun karena ada perbedaan tingkatannya, maka jenis maknanya pun tidak sama. Makna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna leksikal (al-ma’na:al-lafzhi:); yang berkenaan dengan frasa, klausa dan kalimat disebut makna gramatikal (al-ma’na: al-nahwi:); dan yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatik atau makna konteks (al-ma’na: al-tada:wuli: atau al-ma’na: al-siya:qi:).

e.       Bahasa Itu Arbitrer
            Yang dimaksud dengan istilah arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Andaikata ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkan, tentu lambang yang dalam bahasa Arab berbunyi (bait) akan disebut juga (bait) dalam bahasa Indonesia, bukan (rumah). Dengan kata lain, tidak ada kata yang baik dan kata yang buruk dalam membincangkan nama-nama satuan-satuan kosakata.

f.       Bahasa Itu Konvensional
            Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvesional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.

g.      Bahasa Itu Produktif
            Meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur yang jumlahnya terbatas dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa tersebut. Oleh karenanya, bahasa dikatakan produktif.

h.      Bahasa Itu Unik
Bahasa dikatakan bersifat unik berarti setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini menyangkut system bunyi, sistem pembentukan kata, kalimat atau system-sistem lainnya. Salah satu keunikan bahasa Indonesia yaitu bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis, maksudnya makna kata tetap yang berubah makna keseluruhan kalimat.

i.        Bahasa Itu Universal
            Ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri-ciri itu menjadi unsur bahasa yang paling umum yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain. Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan. Bukti lain dari keuniversalan yang bermakna adalah berupa kata (kalimah), frasa (tarki:b), klausa (jumailah), kalimat (jumlah), dan wacana (maqa:l). Namun, pembentukan satuan-satuan tersebut mungkin tidak sama.

j.        Bahasa Itu Dinamis
            Bahasa merupakan satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk hidup yang berbudaya dan bermasyarakat. Dalam kehidupan didalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah-ubah, maka bahasa juga men-jadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, dan menjadi tidak statis. Karena itulah bahasa itu disebut dinamis.
            Perubahan bahasa bisa terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun leksikon. Perubahan yang paling jelas, dan paling banyak terjadi terdapat pada bidang leksikon dan semantik. Hampir setiap saat ada kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan budaya dan ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan makna yang baru. Perubahan bahasa yang terjadi bisa berupa pengembangan dan perluasan ataupun berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa bersangkutan. Kemampuan adaptasi yang dimiliki oleh bahasa inilah yang membuat sebagian ahli menganggap bahwa bahasa itu sempurna (al-lughah ka:milah).


k.      Bahasa Itu Bervariasi
            Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu, untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar dan untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau nonstandar.


l.        Bahasa Itu Manusiawi
            Bahwa alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia. Alat komunikasi binatang bersifat terbatas, dalam arti hanya digunakan untuk keperluan hidup “kebinatangannya” itu saja.

C.    Bahasa dan Faktor Luar-Bahasa
            Objek kajian linguistik mikro adalah struktur intern bahasa atau sosok bahasa itu sendiri, sedangkan kajian linguistik makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa. Hubungan bahasa dengan masyarakat adalah:
a.       Masyarakat Bahasa
            Masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang merasa menggunakan bahasa yang sama.
            Karena titik berat pengertian masyarakat bahasa pada “merasa menggunakan bahasa yang sama", maka konsep masyarakatnya menjadi lebih luas dan sempit sehingga patokan linguistik umum menjadi lebih longgar. Misal secara linguistik bahasa Indonesia dan Malaysia adalah bahasa yang sama, keduanya dapat mengerti dengan bahasa masing-masing.
b.      Variasi dan Status Sosial Bahasa
            Pada penjelasan diatas telah dijelaskan bahwa bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa sangat beragam, dan bahasa yang digunakan juga beragam.
Dalam beberapa masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan yang membedakan adanya dua macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakaiannya.
1.                  Variasi bahasa tinggi (T) yang digunakan dalam situasi-situasi resmi, seperti pidato kenegaraan, bahasa pengantar dalam pendidikan, khotbah, surat-menyurat resmi, dan buku pelajaran.
2.                  Variasi bahasa rendah (R) digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi, dan catatan untuk diri sendiri.
c.       Penggunaan Bahasa
            Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan 8 unsur, yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni:
         1.         Setting and Scene, yaitu unsur yang berhubungan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan.
         2.         Participants, yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan.
         3.         Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan.
         4.         Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan.
         5.         Key, yaitu cara atau semangat dalam percakapan.
         6.         Instrumentalities, yaitu jalur percakapan apakah lisan atau tulisan.
         7.         Norms, yaitu norma perilaku peserta percakapan.
         8.         Genres, yaitu kategori atau ragam bahasa yang digunakan.
d.      Kontak Bahasa
            Indonesia adalah negara yang multilingual. Dalam masyarakat multilingual yang mobilitas geraknya tinggi, maka anggota-anggota masyarakatnya akan cenderung untuk menggunakan dua bahasa atau lebih, baik sepenuhnya maupun sebagian, sesuai dengan kebutuhannya.
             Bloomfield mengartikan bilingual sebagai penguasaan yang sama baiknya oleh seseorang terhadap dua bahasa. Uriel Weinrich mengartikan sebagai pemakaian dua bahasa oleh seseorang secara bergantian. Sedangkan Einar Haugen mengartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan tuturan yang lengkap dan bermakna dalam bahasa lain, yang bukan bahasa ibunya.
            Dalam masyarakat bilingual dan multilingual sebagai akibat adanya kontak bahasa dan budaya dapat terjadi peristiwa:
·      Interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain kedalam bahasa yang sedang digunakan.Contoh dalam tataran fonologi: kata Bogor dibaca mbogor.
·      Integrasi yaitu unsur bahasa yang terbawa masuk, sudah dipakai sebagai bagian dari bahasa yang menerimanya sesuai dengan ejaan maupun tata bentuknya.
·      Alihkode merupakan beralihnya panggunaan suatu kode kedalam kode lain yang terjadi karena adanya sebab.
·      Campurkode (code-mixing) yaitu dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan dan disadari oleh si pembicara.

e.       Bahasa dan Budaya
            Dalam sejarah linguistik ada hipotesis yang sangat terkenal mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan, yang dikeluarkan oleh dua orang pakar, Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan, cara berfikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Misalnya jadwal acara yang sudah disusun tidak tepat waktu sehingga di Indonesia ada ungkapan jam karet.
            Hipotesis Sapor -Whorf ini memang tidak banyak diikuti orang, yang banyak diikuti adalah kebalikan dari hipotesis Sapor-Whorf, yaitu bahwa kebudayaanlah yang mempengaruhi bahasa.
D.    Klasifikasi Bahasa
Klasifikasi dilakukan dengan melihat kesamaan ciri yang ada pada setiap bahasa. Kriteria yang digunakan untuk membuat klasifikasi, menurut Greenberg suatu klasifikasi harus memenuhi persyaratan nonarbitrer (tidak boleh semaunya), ekshautik (klasifikasi yang dilakukan tidak bersisa), dan unik (apabila suatu bahasa telah masuk pada satu kelompok tidak boleh masuk ke kelompok lainnya).
Pendekatan terpenting yang digunakan untuk membuat klasifikasi:
1.      Pendekatan genetis yang hanya melihat garis keturunan.
Hasilnya disebut klasifikasi genetis/geneologis, artinya suatu bahasa diturunkan dari bahasa yang lebih tua.
2.      Pendekatan tipologis, menggunakan kesamaan tipologis.
3.      Pendekatan areal menggunakan pengaruh timbal balik antara suatu bahasa dengan bahasa lain untuk membuat klasifikasi.
4.      Pendekatan sosiolinguistik membuat klasifikasi berdasarkan hubungan bahasa itu dengan faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat.
E.     Bahasa Tulis dan Sistem Aksara
Berkenaan dengan bahasa adalah juga menjadi objek linguistik, maka bagi linguistik bahasa lisan adalah primer, sedangkan bahasa tulis adalah bahasa sekunder.
Meskipun dikatakan bahasa lisan adalah primer dan bahasa tulis adalah sekunder, tetapi peranan atau fungsi bahasa tulis didalam kehidupan modern sangat besar sekali. Bahasa tulis sudah dibuat orang dengan pertimbangan dan pemikiran, sebab kalau tidak hati-hati, tanpa pertimbangan dan pemikiran, peluang untuk terjadinya kesalahan sangat besar. Sedangkan dalam bahasa lisan setiap kesalahan bisa segera diperbaiki. Lagi pula bahasa lisan sangat dibantu oleh intonasi, tekanan, mimik, dan gerak-gerik si pembicara.
Dalam pembicaraan mengenai bahasa tulis dan tulisan kita menemukan istilah-istilah:
·         Huruf istilah umum untuk grafem dan graf.
·         Abjad atau alfabet adalah urutan huruf-huruf dalam suatu sistem aksara.Misal aksara A sampai Z.
·         Aksara adalah keseluruhan sistem tulisan, Misalnya aksara arab.
·         Graf adalah satuan terkecil dalam aksara yang belum ditentukan statusnya.
·         Grafem adalah satuan terkecil dalam aksara yang menggambarkan fonem, suku kata, atau morfem tergantung dari sistem aksara yang bersangkutan.
·         Alograf adalah varian dari grafem.
·         Grafiti adalah corat-coret dinding, tembok, dan pagar.
·         Kaligrafi adalah seni menulis indah.
Jenis aksara, yaitu: Aksara piktograf, ideografis, silabis, dan fonemis.
Ejaan yang ideal adalah ejaan yang melambangkan tiap fonem hanya dengan satu huruf atau sebaliknya setiap huruf hanya dipakai untuk melambangkan satu fonem.
2.3     Ruang Lingkup Linguistik
1.      Fonologi
Bidang Linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa ini disebut fonologi, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu. Menurut Hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
2.      Morfologi
Morfologi atau tata bentuk kata adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari bentuk-bentuk kata dan segala hal proses pembentukannya. Morfologi mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Dalam bahasa Arab, ilmu ini lebih dikenal dengan ‘ilm al-sharf, yang merupakan satuan gramatikal yang membahas masalah struktur intern kata. Secara terminologi morfologi adalah salah satu dari bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal (Verhaar, 2003, 97). Devinisi lain dikemukakan oleh Hijazi (1978:55) yang menyatakan bahwa Morfologi penyatuan dari beberapa unsur bunyi yang ada sehingga menjadi sebuah kata yang mengalami afiksasi.
3.      Sintaksis
Secara etimologi, sintaksis berarti ‘menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat’. Sintaksis merupakan cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat atau bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Jadi, sintaksis ialah ilmu yang mempelajari hubungan aantara kata, frase, klausa, kalimat yang satu dengan kata, frase, klausa, kalimat yang lain. Kata, frase, klausa dan kalimat inilah yang oleh para ahli disebut sebagai satuan sintaksis




BAB III
PENUTUP


3.1    Kesimpulan
                  Linguistik adalah ilmu bahasa (verhaar, 1966 : 1) dan secara garis besar sejarah perkembangan Linguistik terjadi melalui 3 tahapan zaman yaitu, zaman kuno/klasik, zaman modern, dan zaman pos modern.
            Objek Linguistik: Bahasa. Dan beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa  tersebut, antara lain, adalah (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu wujudnya lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, (13) bahasa itu merupakan identitas penuturnya.
            Ruang Lingkup Linguistik terdiri atas kajian terhadap bunyi bahasa (fonologi “ilm al-ashwa:t” dan fonetik “ilm wazha:’if al-ashwa:t"), kajian terhadap kata (morfologi “ilm al-sharf”), kajian terhadap kalimat (sintaksis “ilm al-nahw”), dan kajian terhadap makna (semantik “ilm al-dila:li:”).












DAFTAR PUSTAKA


        Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012, cetakan keempat).


    Moch. Syarif Hidyatullah dan Abdullah. Pengantar Linguistik Arab Klasik-Modern. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, cetakan pertama).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1.  Hasil Uji homogenitas dari sebuah data dengan  menggunakan uji Bartlett: 2. Hasil uji normalitas mengunakan Chi kuadrat ...