LINGUISTIK UMUM
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI
TUGAS MATAKULIAH
Linguistik Umum
yang dibina oleh
Bapak Drs. Lasimin Isnur, M.Pd.i
Oleh
Amelia
Rohmana
IKIP
PGRI BOJONEGORO
FAKULTAS
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
Mei
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat beriring salam kami do’a
kan, samoga selalu tercurah pada nabi besar kita, nabi Muhammad SAW.
Terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan kami
kepercayaan untuk menyelesaikan makalah tentang”Linguistik Umum”. Semoga
makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan kepada kami. Terima kasih atas
kerja sama dari teman-teman semua.
Sebagai manusia yang masih banyak kekurangan terutama ilmu pengetahuan dan
pengalaman, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun, agar kedepannya kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat untuk semua.
Terima
kasih.
Bojonegoro,Mei 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR
ISI..............................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................
1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
...............................................................................
1
BAB II
PEMBAHASAN..........................................................................
2
2.1 Pengertian
Linguistik........................................................................... 2
2.2 Objek
Linguistik..................................................................................
5
2.3 Ruang Lingkup Linguistik...................................................................
13
BAB III
PENUTUP.................................................................................. 15
3.1
Kesimpulan......................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Secara
populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa;
atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tapat
lagi, seperti dikatakan Martinet telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Dalam
berbagai buku mungkin rumusannya agak berbeda, tetapi, bahwa bahasa menjadi
kajian linguistik, kiranya tidak perlu diperdebatkan lagi.
Bahasa
sebagai objek kajian linguistik bisa kita bandingkan dengan peristiwa-peristiwa
alam yang menjadi objek kajian ilmu fisika; atau dengan berbagai penyakit dan
cara pengobatannya yang menjadi objek kajian ilmu kedokteran; atau dengan
gejala-gejala sosial dalam masyarakat yang menjadi objek kajian sosiologi.
Meskipun dalam dunia keilmuan ternyata yang mengambil bahasa sebagai objek
kajiannya bukan hanya linguistik, tetapi linguistik tetap merupakan ilmu yang
memperlakukan bahasa sebagai bahasa; sedangkan ilmu lain tidak demikian.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian dari Linguistik?
2.
Apa Objek Linguistik?
3.
Apa saja Ruang Lingkup Linguistik?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
LINGUISTIK
A. Terminologi kunci dalam studi
linguistik (Definisi Linguistik)
Linguistik adalah ilmu bahasa (verhaar, 1966 : 1).
Definisi ini hampir tidak memberi gambaran cukup kepada pembaca, serta
tidak memberi suatu indikasi yang positif mengenai asas-asas dasar bidang studi
ini. Definisi tersebut mungkin dapat diperjelas sedikit dengan menguraikan
lebih rinci yang terkandung dalam batasan “Bahasa” itu sendiri. Bahasa dapat
diartikan sebagai suatu lambang bunyi yang arbitrer (manasuka). Ferdinand De
Saussure mengartikan bahasa kedalam tiga bentuk, yaitu tuturan, aturan, dan
semestaan. Namun secara garis besar pengertian dari bahasa adalah suatu
perantara yang digunakan oleh sekelompok anggota sosial untuk saling
berkomunikasi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Jadi dapat
dikatakan bahwa linguistik adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji tentang
sistem lambang bunyi arbitrer, yang digunakan oleh sekelompok anggota sosial
untuk berkomunikasi. Linguistik sering disebut sebagai linguistik umum. Mengapa
demikian? Sebab linguistik bersifat menyeluruh. Linguistik tidak hanya
menyelidiki salah satu bahasa saja, akan tetapi menyelidiki seluruh bahasa yang
digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya.
B. Sejarah linguistik
Secara garis besar sejarah perkembangan bahasa terjadi
melalui 3 tahapan zaman yaitu, zaman kuno/klasik, zaman modern, dan zaman pos
modern. Linguistik sudah ada sejak zaman kuno yaitu sekitar akhir abad ke-4 SM.
Akan tetapi ini bukan awal kelahiran dari linguistik, disini linguistik hanya
masih di ibaratkan sebagai embrio saja. Selanjutnya memasuki zaman Yunani
atau yang sering disebut dengan tata bahasa tradisional. Tokoh-tokoh yang
berperan di zaman ini antara lain adalah Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Pada
zaman ini mulai disusun suatu gramatika (tata bahasa) yang didasarkan
pada logika, namun pembagian katanya sudah lebih lengkap. Disinilah awal
lahirnya linguistik dalam dunia kebahasaan. Plato dengan tegas membedakan kata
benda (nomina) dengan kata kerja (verba). Menurut plato nomina adalah
kata yang dapat berfungsi dalam kalimat sebagai subjek sesuatu dalam predikat,
sedangkan verba adalah kata yang dapat menyatakan perbuatan atau kualitas yang
disebut dalam predikat (John L, 1995 : 11). Kemudian pada abad
pertengahan dibuat pembagian kata-kata menjadi nomina, verba, dan ajektiva.
Aristoteles mengikuti pembedaan antara nomina dan verba seperti Plato, tetapi
menambahkan satu kelas lain yang berbeda yaitu kata sambung atau konjungsi.
Menurut Aristoteles maksud dari istilah ini adalah semua kata yang tidak
termasuk ke dalam kelas nomina dan verba. Satu langkah yang lebih maju yang
dibuat Aristoteles adalah pengenalan akan kategori kala dalam kata kerja
Yunani. Dia memperhatikan bahwa variasi sistematis tertentu pada bentuk-bentuk
kata kerja dapat dihubungkan dengan pengertian waktu seperti kini atau lampau.
Namun ajarannya dalam hal ini masih kurang jelas. Kemudian para iskandaria
meneruskan karya para ahli tata bahasa kelompok Stoa. Yaitu kelompok di zaman
Yunani yang paling memperhatikan bahasa. Iskandarialah yang sekarang kita sebut
sebagai tata bahasa tradisional. Memasuki zaman Renaisanse minat terhadap
bahasa-bahasa daerah berkembang luas sekali, dan buku-buku tata bahasa ditulis
dalam jumlah besar. Selanjutnya di abad ke-19 memasuki akhir abad ke-20, ada
seorang tokoh yang kemudian dikenal sebagai bapak Linguistika modern, yaitu
“FerdinandDe Sawssure” yang memiliki pemikiran-pemikiran luar biasa tentang
ilmu bahasa. Ia mengembangkan satu study bahasa yang tidak diakronis lagi,
tetapi secara sinkronis, yang kemudian dikenal dengan nama linguistik
struktural. Pada abad ini, peradaban mulai berkembang, tidak hanya 1 tempat,
tetapi di berbagai tempat, dengan penekanan yang berbeda-beda. Pembedaan ini
dinamai berdasarkan nama tempatnya. Kemudian pada tahun 60’an mulai berkembang
satu model pemikiran dekonstruksi yang inti pemikirannya dengan cara menentang
pemikiran lama dan membuat pemikiran baru. Dan selanjutnya di masa-masa yang
berikutnya, linguistika dikembangkan lagi oleh para ahli bahasa yang lain
menjadi tata bahasa yang lebih baik lagi hingga saat ini.
C. Perkembangan linguistik di Indonesia
Perkembangan linguistik di Indonesia terjadi melalui
empat periode, yang pertama dimulai dari periode dominasi tradisional yaitu
sebelum tahun 1965’an. Pada periode ini perkembangan linguistik di indonesia
terdominasi oleh tata bahasa tradisional, yaitu sebuah tata bahasa yang
diwarnai oleh campuran logika, seperti S=P yang dapat diartikan sebagai subyek
mengakui predikat. Beberapa bukti terkait dengan pernyataan tersebut adalah
banyaknya karya-karya seperti buku pada periode ini yang penjelasan konsepnya
banyak didasarkan pada makna pengidentifikasian donimasi tradisional.
Selanjutnya memasuki tahun 1965’an-1985’an atau yang disebut dengan periode
dominasi struktural. Pada tahun 1970’an telah diterbitkan buku bahasa indonesia
yang membuktikan bahwa aliran stuktural mulai dikenal teristimewa dalam bidang
pengajaran bahasa indonesia. Dominasi ini semakin kokoh ketika pemerintah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melakukan perubahan dari kurikulum 1968
menjadi kurikulum 1975. Beberapa bukti lain perkembangan teori ini adalah
diterbitkannya buku ilmu bahasa indonesia (1967-1970, M. Ramlan), buku analisa
bahasa (1978, Samsuri), sertabuku predikat obyek dalam bahasa
indonesia (1979, Sudaryanto). Kemudian lanjut ke periode dominasi
transformasional ditengah variasi, yaitu pada tahun 1985-1990’an. Pada periode
ini, perkembangan linguistik di indonesia mulai muncul berbagai macam variasi
teori. Variasi-variasi tersebut tampak pada penerbitan karya-karya terjemahan
dari beberapa buku yang diantaranya adalah ilmu bahasa : pengantar dasar
(1982, Unlenbeck), ilmu bahasa : pengantar (1987, Andremarinet), ilmu
bahasa lapangan (1988, William J. Samarin), pengantar linguistik umum (1988,
Ferdinand De Saussure), dan lain sebagainya. Kevariasian teori dalam periode
ini semakin kuat dengan adanya pemasukan bab wacana dalam Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Kevariasian juga mendominasi periode ini dengan perkembangan
ilmu-ilmu hibridis di bidang bahasa. Dan periode yang terakhir adalah periode
warna-warni teori yang ada pada awal tahun 2000’an. Warna-warni teori dalam
periode ini adalah didasarkan pada teori-teori yang sebelumnya, yaitu teori
yang ikut mewarnai peristiwa linguistik bahasa indonesia seperti teori
tradisional, struktural, dan transformasi. Dan dimasa yang akan datang , untuk
perkembangan linguistik yang selanjutnya diharapkan akan muncul lagi teori yang
baru terkait dengan linguistik. Jadi berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan
bahwa perkembangan linguistik di indonesia didominasi oleh empat periode yang
masing-masing periode didasarkan pada bukti hasil karya-karya yang diterbitkan.
D. Prinsip dasar studi linguistik
Linguistik adalah studi yang didasarkan pada sebuah
realita, dimana obyek yang dikaji meliputi obyek materia dan obyek forma.
Prinsip dasar studi linguistik mengobyekkan obyek materia sebagai bahasa lisan.
Obyek materia itu sendiri meliputi beberapa prinsip-prinsip penelitian, yang
diantaranya adalah natural. Yang dimaksud natural disini adalah bukan hasil
rekayasa dalam berbagai kepentingan atau dapat dikatakan linguistik mendatakan
hasil penelitian berdasarkan fakta. Yang kedua yaitu deskripsi, maksudnya data
harus diberikan sebagaimana adanya. Deskripsi yang baik adalah deskripsi data
yang diberikan oleh peneliti mampu membuat pembaca percaya dengan apa yang ia
diskripsikan. Selain itu, diluar natural dan deskripsi ada studi
linguistik yang bersifat preskriptif. Dalam prinsip ini, penelitian didasarkan
atas kaidah /teori yang dibawa oleh peneliti, sehingga penelitian tersebut
dikaji atas dasar teori pikiran yang ada pada peneliti. Akan tetapi, Linguistik
adalah ilmu pengetahuan deskriptif, bukan preskriptif. Tugas utama dari seorang
linguis adalah menggambarkan (describe) bagaimana sebenarnya orang-orang
memakai bahasa mereka untuk berbicara maupun menulis tidak menetapkan
(prescribe) bagaimana seharusnya mereka berbicara dan menulis (john L.
1995:43). Jadi dapat dikatakan bahwa linguistik adalah ilmu yang empiris, yaitu
ilmu yang berdasarkan pada fakta dan data yang dapat diuji oleh ahli tertentu
dan juga oleh semua ahli lainnya.
E. Hubungan linguistik dengan ilmu lain
Bahasa yang dikaji oleh linguistik akan menjadi ciri
khusus manusia sebagai makhluk homozimbolikum, yaitu seperti yang dikatakan
oleh Ernest K bahwa determinan manusia dengan makhluk yang lain itu adalah
simbol. Terdapat beberapa ilmu lain yang berhubungan dengan linguistika.
Beberapa disiplin ilmu hibridis yang berhubungan dengan linguistika
yang pertama yaitu sosiologi. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
sosialisasi manusia dengan masyarakat. Adanya ilmu sosiologi didalam linguistika,
ini melahirkan studi bahasa baru yang disebut dengan sosiolinguistika.
Sosiolinguistika merupakan cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara
bahasa dan masyarakat penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual
terhadap variasi penggunaan bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang
alami. Didiplin ilmu hibridis yang kedua adalah antropologi. Adanya hubungan
antara ilmu antropologi dengan linguistika dalam bahasa, mampu berkembang
menjadi studi ilmu baru yakni Antropolinguistika, yaitu cabang ilmu linguistik
yang mengkaji bahasa dari perspektif kebudayaan manusia. Ilmu hibridis
yang berhubungan dengan linguistik yang selanjutnya adalah psikologi. Di dalam
linguistika, psikologi dikenal dengan istilah psikolinguitika, yakni sebuah
cabang ilmu linguistik yang mengkaji variasi bahasa yang berhubungan dengan
mental seseorang. Adanya psikolinguistik ini mampu melahirkan sebuah
komperhensi bahasa, aposisi bahasa, produksi bahasa serta koherensi bahasa,
yang dapat dikaji di dalam psikolinguistika. Selanjutnya cabang ilmu
linguistika setelah psikoliguistika lahir studi bahasa yang disebut dengan
neurolinguistika, yaitu salah satu cabang kajian interdisipliner dalam ilmu
linguistik dan ilmu kedokteran yang mengkaji hubungan antara otak manusia
dengan bahasa. Kemudian linguistik juga berhubungan dengan ilmu dalam bidang
informatika. Cabang ilmu yang mengkaji antara linguistik dengan informatika
terutama dengan komputer disebut dengan komputasi linguistik. Sedangkan
disiplin ilmu hibridis linguistik yang terakhir adalah etnolinguistika, yaitu
cabang ilmu linguistika yang mengkaji bahasa yang berhubungan dengan etnis dan
suku tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa linguistika adalah cabang ilmu
yang bersifat sosial, yakni linguistika berhubungan atau membutuhkan ilmu-ilmu
lain didalam suatu kajiannnya.
F. Dikotomi linguistik
Linguistik sebagai ilmu bahasa memiliki banyak sekali
karakteristik yang membedakannya dengan ilmu lain. Beberapa karakteristik
tersebut dijelaskan dalam istilah-istilah yang diantaranya adalah linguistik
teoritis dan linguistik terapan. Linguistik teoritis atau linguistik murni
adalah ilmu bahasa yang mengkaji dengan tujuan menemukan kaidah bahasa yang
otonom, sedangkan linguistik terapan adalah cabang ilmu linguistik yang
meneliti penerapan teori dari teoritis untuk bidang tertentu, misal
pembelajaran bahasa; penerjemahan; pragmatig klinis; leksikografi; leksikologi;
dll. Selanjutnya adalah linguistik sinkronis dan diakronis. Perbedaan dari
keduanya adalah terletak pada kurun waktunya. Linguistik sinkronis mengkaji
bahasa dalam kurun waktu yang sama, sedangkan linguistik diakronis mengkaji
bahasa dari dua atau lebih dalam kurun waktu yang berbeda. Kemudian dalam
prinsip dasar studi linguistik dikenal istilah preskriptif dan deskriptif.
Pengertian dari preskriptif adalah ilmu yang mengkaji bahasa dari sudut pandang
teori tertentu dan bahasa yang dikaji itu sesuai dengan teori yang dipakai oleh
peneliti, sedangkan pengertian dari deskriptif sendiri adalah ilmu yang
mengkaji bahasa berdasarkan data bahasa secara natural atau apa adanya tanpa
mendasarkan teori tertentu. Selanjutnya dikenal juga istilah linguistik
struktural dan pragmatikal. Linguistik struktural adalah ilmu yang mengkaji
bahasa tanpa menghubungkan bahasa itu dengan penggunaannya, sedangkan
linguistik pragmatikal adalah ilmu yang mengkaji tentang kaidah penggunaan
bahasa. Bentuk dari linguistik adalah mengarah kepada elemen yang disebut
elemen segmental, sedangkan isi dari linguistik mengacu pada konsep yang
melekat pada bentuk bahasa tersebut. Selain beberapa istilah diatas tadi
sebenarnya masih banyak lagi istilah-istilah lain dalam linguistik yang
diantaranya adalah historis komparatif dan tipologis, linguistik makro dan
mikro, sintakmatik dan paradigmatik, kompetensi dan perfomansi, kotekstual dan
kontekstual, dan struktur luar dan dalam. Jadi secara garis besar linguistik
memiliki banyak istilah yang menjadi karateristiknya sebagai ilmu bahasa.
2.2 Objek
Linguistik: Bahasa
A. Pengertian
Bahasa
Kata bahasa dalam bahasa Indonesia
memiliki lebih dari satu makna atau pengertian. Dalam pendidikan formal di
SMA,”Bahasa adalah alat komunikasi.”Sedangkan definisi bahasa menurut Sapir,
Badudu, dan Keraf bahasa itu tidak menonjolkan fungsi, tetapi menonjolkan sosok
bahasa itu seperti apa yang dikemukakan Kridalaksana dan juga Joko Kentjono,
yaitu “Bahasa adalah system lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh
para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasikan diri.”
Kriteria dalam menentukan dua buah
tuturan adalah dua bahasa yang berbeda berdasarkan dua patokan, yaitu patokan
linguistik dan patokan politis. Secara linguistik dua buah tuturan dianggap
sebagai dua bahasa yang berbeda apabila anggota dari dua masyarakat tuturan itu
tidak saling mengerti. Tetapi secara politis, dua buah bahasa yang berbeda
berdasarkan asal negaranya.
Oleh karena itu, karena rumitnya
dalam menentukan suatu parole (objek konkret) bahasa atau bukan, hanya dialek
saja dari bahasa lain, maka hingga kini belum pernah ada angka yang pasti
mengenai jumlah bahasa yang ada didunia ini.
B. Hakikat
Bahasa
a.
Bahasa Sebagai Sistem
Sistem
berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna
atau berfungsi. Sebagai sebuah sistem, bahasa sekaligus bersifat sistematis dan
sistemis. Sistematis, artinya bahasa tersusun berdasarkan suatu pola tertentu,
sedangkan sistemis artinya bahasa bukan merupakan system tunggal, tetapi
terdiri dari sub-sistem/sistem bawahan. Jenjang subsistem dalam linguistik,
dikenal dengan nama tataran linguistic atau bahasa. Jika diurutkan dari tataran
terendah sampai tertinggi, yang menyangkut ketiga subsistem struktural yaitu
tataran fonem, morfem, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Dalam
morfologi kata menjadi satuan terbesar dan dikaji struktur dan proses
kajiannya, sedangkan sintaksis kata menjadi satuan terkecil dan dikaji sebagai
unsur pembentuk sintaksis yang lebih besar.
b.
Bahasa Sebagai Lambang
Kata
lambang sering dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian yang sama.
Lambang dengan berbagai seluk-beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah yang
disebut ilmu semiotika atau semiologi. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi
yang membuat penuturnya bisa menyampaikan semua pemikiran atau sikap sebagai
sebuah lambang atau simbol untuk mengacu pada sesuatu yang disimbolkan. Hanya
yang perlu digaris bawahi bahwa antara lambang dengan sesuatu yang dilambangkan
tidak ada hubungan secara langsung. Setiap kata memang mengacu pada yang dilambangkan.
Namun, kata saja tidak bisa dipahami secara utuh tanpa melibatkan konteks
penggunaan kata itu dalam struktur yang lebih besar, seperti frasa, klausa, dan
kalimat. Konteks berperan penting dalam penggunaan suatu kata sebagai lambang.
c.
Bahasa Adalah Bunyi
Yang
dimaksud dengan bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang
diucapkan oleh alat ucap manusia. Dalam linguistik yang disebut bahasa, yang
primer adalah yang diucapkan, yang dilisankan, yang keluar dari alat ucap
manusia. Bahasa yang dilisankan inilah yang menjadi objek linguistik. hanyalah
bersifat sekunder.
d.
Bahasa Itu Bermakna
Yang
dilambangkan dalam lughah itu adalah suatu pengertian, suatu konsep,
suatu ide, atau suatu pikiraan yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lambang-lambang
bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang
berwujud morfem, kata (kalimah), frasa (tarki:b), klausa (jumailah),
kalimat (jumlah), dan wacana (maqa:l). Semua satuan itu memiliki
makna. Namun karena ada perbedaan tingkatannya, maka jenis maknanya pun tidak
sama. Makna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna leksikal (al-ma’na:al-lafzhi:);
yang berkenaan dengan frasa, klausa dan kalimat disebut makna gramatikal (al-ma’na:
al-nahwi:); dan yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatik atau
makna konteks (al-ma’na: al-tada:wuli: atau al-ma’na: al-siya:qi:).
e.
Bahasa Itu Arbitrer
Yang
dimaksud dengan istilah arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib
antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian
yang dimaksud oleh lambang tersebut. Andaikata ada hubungan wajib antara
lambang dengan yang dilambangkan, tentu lambang yang dalam bahasa Arab berbunyi
(bait) akan disebut juga (bait) dalam bahasa Indonesia, bukan (rumah).
Dengan kata lain, tidak ada kata yang baik dan kata yang buruk dalam
membincangkan nama-nama satuan-satuan kosakata.
f.
Bahasa Itu Konvensional
Meskipun
hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan bersifat arbitrer,
tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvesional.
Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu digunakan untuk mewakili konsep
yang diwakilinya.
g.
Bahasa Itu Produktif
Meskipun
unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur yang jumlahnya terbatas
dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara
relatif sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa tersebut. Oleh
karenanya, bahasa dikatakan produktif.
h.
Bahasa Itu Unik
Bahasa dikatakan bersifat unik
berarti setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh
bahasa lainnya. Ciri khas ini menyangkut system bunyi, sistem pembentukan kata,
kalimat atau system-sistem lainnya. Salah satu keunikan bahasa Indonesia yaitu
bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis, maksudnya
makna kata tetap yang berubah makna keseluruhan kalimat.
i.
Bahasa Itu Universal
Ada
ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini.
Ciri-ciri itu menjadi unsur bahasa yang paling umum yang bisa dikaitkan dengan
ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain. Karena bahasa itu berupa ujaran, maka
ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai
bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan. Bukti lain dari
keuniversalan yang bermakna adalah berupa kata (kalimah), frasa (tarki:b),
klausa (jumailah), kalimat (jumlah), dan wacana (maqa:l). Namun,
pembentukan satuan-satuan tersebut mungkin tidak sama.
j.
Bahasa Itu Dinamis
Bahasa
merupakan satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan
dan gerak manusia sebagai makhluk hidup yang berbudaya dan bermasyarakat. Dalam
kehidupan didalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu
berubah-ubah, maka bahasa juga men-jadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, dan
menjadi tidak statis. Karena itulah bahasa itu disebut dinamis.
Perubahan
bahasa bisa terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik, maupun leksikon. Perubahan yang paling jelas, dan paling banyak
terjadi terdapat pada bidang leksikon dan semantik. Hampir setiap saat ada
kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan budaya dan ilmu, atau ada
kata-kata lama yang muncul dengan makna yang baru. Perubahan bahasa yang
terjadi bisa berupa pengembangan dan perluasan ataupun berupa kemunduran
sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa bersangkutan. Kemampuan
adaptasi yang dimiliki oleh bahasa inilah yang membuat sebagian ahli menganggap
bahwa bahasa itu sempurna (al-lughah ka:milah).
k.
Bahasa Itu Bervariasi
Mengenai
variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek,
dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat
perseorangan. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok
anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Ragam atau ragam bahasa
adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk
keperluan tertentu, untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut
ragam baku atau ragam standar dan untuk situasi yang tidak formal digunakan
ragam yang tidak baku atau nonstandar.
l.
Bahasa Itu Manusiawi
Bahwa
alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam
arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia. Alat
komunikasi binatang bersifat terbatas, dalam arti hanya digunakan untuk keperluan
hidup “kebinatangannya” itu saja.
C. Bahasa dan
Faktor Luar-Bahasa
Objek
kajian linguistik mikro adalah struktur intern bahasa atau sosok bahasa itu
sendiri, sedangkan kajian linguistik makro adalah bahasa dalam hubungannya
dengan faktor-faktor di luar bahasa. Hubungan bahasa dengan masyarakat adalah:
a.
Masyarakat Bahasa
Masyarakat
bahasa adalah sekelompok orang yang merasa menggunakan bahasa yang sama.
Karena
titik berat pengertian masyarakat bahasa pada “merasa menggunakan bahasa yang sama",
maka konsep masyarakatnya menjadi lebih luas dan sempit sehingga patokan
linguistik umum menjadi lebih longgar. Misal secara linguistik bahasa Indonesia
dan Malaysia adalah bahasa yang sama, keduanya dapat mengerti dengan bahasa
masing-masing.
b.
Variasi dan Status Sosial Bahasa
Pada
penjelasan diatas telah dijelaskan bahwa bahasa itu bervariasi karena anggota
masyarakat penutur bahasa sangat beragam, dan bahasa yang digunakan juga
beragam.
Dalam beberapa masyarakat tertentu
ada semacam kesepakatan yang membedakan adanya dua macam variasi bahasa yang
dibedakan berdasarkan status pemakaiannya.
1.
Variasi bahasa tinggi (T) yang digunakan dalam
situasi-situasi resmi, seperti pidato kenegaraan, bahasa pengantar dalam
pendidikan, khotbah, surat-menyurat resmi, dan buku pelajaran.
2.
Variasi bahasa rendah (R) digunakan dalam situasi yang
tidak formal, seperti di rumah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi,
dan catatan untuk diri sendiri.
c.
Penggunaan Bahasa
Hymes
(1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan
menggunakan bahasa harus memperhatikan 8 unsur, yang diakronimkan menjadi
SPEAKING, yakni:
1.
Setting and Scene, yaitu unsur yang berhubungan
dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan.
2.
Participants, yaitu orang-orang yang terlibat
dalam percakapan.
3.
Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan.
4.
Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada
bentuk dan isi percakapan.
5.
Key, yaitu cara atau semangat dalam
percakapan.
6.
Instrumentalities, yaitu jalur percakapan apakah lisan
atau tulisan.
7.
Norms, yaitu norma perilaku peserta
percakapan.
8.
Genres, yaitu kategori atau ragam bahasa
yang digunakan.
d.
Kontak Bahasa
Indonesia
adalah negara yang multilingual. Dalam masyarakat multilingual yang mobilitas
geraknya tinggi, maka anggota-anggota masyarakatnya akan cenderung untuk
menggunakan dua bahasa atau lebih, baik sepenuhnya maupun sebagian, sesuai
dengan kebutuhannya.
Bloomfield
mengartikan bilingual sebagai penguasaan yang sama baiknya oleh seseorang
terhadap dua bahasa. Uriel Weinrich mengartikan sebagai pemakaian dua bahasa
oleh seseorang secara bergantian. Sedangkan Einar Haugen mengartikan sebagai
kemampuan seseorang untuk menghasilkan tuturan yang lengkap dan bermakna dalam
bahasa lain, yang bukan bahasa ibunya.
Dalam
masyarakat bilingual dan multilingual sebagai akibat adanya kontak bahasa dan
budaya dapat terjadi peristiwa:
·
Interferensi adalah terbawa masuknya unsur
bahasa lain kedalam bahasa yang sedang digunakan.Contoh dalam tataran fonologi:
kata Bogor dibaca mbogor.
·
Integrasi yaitu unsur bahasa yang terbawa
masuk, sudah dipakai sebagai bagian dari bahasa yang menerimanya sesuai dengan
ejaan maupun tata bentuknya.
·
Alihkode merupakan beralihnya panggunaan
suatu kode kedalam kode lain yang terjadi karena adanya sebab.
·
Campurkode (code-mixing) yaitu dua kode atau
lebih digunakan bersama tanpa alasan dan disadari oleh si pembicara.
e.
Bahasa dan Budaya
Dalam
sejarah linguistik ada hipotesis yang sangat terkenal mengenai hubungan bahasa
dan kebudayaan, yang dikeluarkan oleh dua orang pakar, Edward Sapir dan
Benjamin Lee Whorf yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan, cara
berfikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Misalnya jadwal acara
yang sudah disusun tidak tepat waktu sehingga di Indonesia ada ungkapan jam
karet.
Hipotesis
Sapor -Whorf ini memang tidak banyak diikuti orang, yang banyak diikuti adalah
kebalikan dari hipotesis Sapor-Whorf, yaitu bahwa kebudayaanlah yang
mempengaruhi bahasa.
D. Klasifikasi
Bahasa
Klasifikasi dilakukan dengan melihat
kesamaan ciri yang ada pada setiap bahasa. Kriteria yang digunakan untuk
membuat klasifikasi, menurut Greenberg suatu klasifikasi harus memenuhi
persyaratan nonarbitrer (tidak boleh semaunya), ekshautik (klasifikasi yang
dilakukan tidak bersisa), dan unik (apabila suatu bahasa telah masuk pada satu
kelompok tidak boleh masuk ke kelompok lainnya).
Pendekatan terpenting yang digunakan
untuk membuat klasifikasi:
1.
Pendekatan genetis yang hanya melihat garis keturunan.
Hasilnya disebut klasifikasi
genetis/geneologis, artinya suatu bahasa diturunkan dari bahasa yang lebih tua.
2.
Pendekatan tipologis, menggunakan kesamaan tipologis.
3.
Pendekatan areal menggunakan pengaruh timbal balik antara suatu bahasa dengan
bahasa lain untuk membuat klasifikasi.
4.
Pendekatan sosiolinguistik membuat klasifikasi berdasarkan hubungan bahasa itu
dengan faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat.
E. Bahasa
Tulis dan Sistem Aksara
Berkenaan dengan bahasa adalah juga menjadi
objek linguistik, maka bagi linguistik bahasa lisan adalah primer, sedangkan
bahasa tulis adalah bahasa sekunder.
Meskipun dikatakan bahasa lisan
adalah primer dan bahasa tulis adalah sekunder, tetapi peranan atau fungsi
bahasa tulis didalam kehidupan modern sangat besar sekali. Bahasa tulis sudah
dibuat orang dengan pertimbangan dan pemikiran, sebab kalau tidak hati-hati,
tanpa pertimbangan dan pemikiran, peluang untuk terjadinya kesalahan sangat
besar. Sedangkan dalam bahasa lisan setiap kesalahan bisa segera diperbaiki.
Lagi pula bahasa lisan sangat dibantu oleh intonasi, tekanan, mimik, dan
gerak-gerik si pembicara.
Dalam pembicaraan mengenai bahasa
tulis dan tulisan kita menemukan istilah-istilah:
·
Huruf istilah umum untuk grafem dan graf.
·
Abjad atau alfabet adalah urutan
huruf-huruf dalam suatu sistem aksara.Misal aksara A sampai Z.
·
Aksara adalah keseluruhan sistem tulisan,
Misalnya aksara arab.
·
Graf adalah satuan terkecil dalam aksara
yang belum ditentukan statusnya.
·
Grafem adalah satuan terkecil dalam aksara
yang menggambarkan fonem, suku kata, atau morfem tergantung dari sistem aksara
yang bersangkutan.
·
Alograf adalah varian dari grafem.
·
Grafiti adalah corat-coret dinding, tembok,
dan pagar.
·
Kaligrafi adalah seni menulis indah.
Jenis aksara, yaitu: Aksara
piktograf, ideografis, silabis, dan fonemis.
Ejaan yang ideal adalah ejaan yang
melambangkan tiap fonem hanya dengan satu huruf atau sebaliknya setiap huruf
hanya dipakai untuk melambangkan satu fonem.
2.3 Ruang
Lingkup Linguistik
1.
Fonologi
Bidang Linguistik yang mempelajari,
menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa ini disebut fonologi,
yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu
ilmu. Menurut Hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi
dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasa
dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda
makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai
pembeda makna.
2.
Morfologi
Morfologi atau tata bentuk kata
adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari bentuk-bentuk kata dan segala
hal proses pembentukannya. Morfologi mengidentifikasikan satuan-satuan dasar
bahasa sebagai satuan gramatikal. Dalam bahasa Arab, ilmu ini lebih dikenal
dengan ‘ilm al-sharf, yang merupakan satuan gramatikal yang membahas
masalah struktur intern kata. Secara terminologi morfologi adalah salah satu
dari bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara
gramatikal (Verhaar, 2003, 97). Devinisi lain dikemukakan oleh Hijazi (1978:55)
yang menyatakan bahwa Morfologi penyatuan dari beberapa unsur bunyi yang ada
sehingga menjadi sebuah kata yang mengalami afiksasi.
3.
Sintaksis
Secara etimologi, sintaksis berarti
‘menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat’.
Sintaksis merupakan cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di
dalam kalimat atau bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut
tata bahasa atau gramatika. Jadi, sintaksis ialah ilmu yang mempelajari
hubungan aantara kata, frase, klausa, kalimat yang satu dengan kata, frase,
klausa, kalimat yang lain. Kata, frase, klausa dan kalimat inilah yang oleh
para ahli disebut sebagai satuan sintaksis
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Linguistik
adalah ilmu bahasa (verhaar, 1966 : 1) dan secara garis besar sejarah
perkembangan Linguistik terjadi melalui 3 tahapan zaman yaitu, zaman
kuno/klasik, zaman modern, dan zaman pos modern.
Objek
Linguistik: Bahasa. Dan beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa
tersebut, antara lain, adalah (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa
itu wujudnya lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat
arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7)
bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu
bersifat produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat
dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, (13) bahasa
itu merupakan identitas penuturnya.
Ruang
Lingkup Linguistik terdiri atas kajian terhadap bunyi bahasa (fonologi “ilm
al-ashwa:t” dan fonetik “ilm wazha:’if al-ashwa:t"), kajian
terhadap kata (morfologi “ilm al-sharf”), kajian terhadap kalimat
(sintaksis “ilm al-nahw”), dan kajian terhadap makna (semantik “ilm
al-dila:li:”).
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012,
cetakan keempat).
Moch. Syarif Hidyatullah dan Abdullah. Pengantar Linguistik Arab
Klasik-Modern. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, cetakan
pertama).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar