MAKALAH
PERKEMBANGAN EMOSI PESERTA DIDIK
UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Perkembangan Peserta Didik
yang
dibimbing bapak Joko Setiyono, M. Pd.
Oleh
Amelia
Rohmana 14110004
IKIP PGRI BOJONEGORO
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
Desember 2015
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.
Syukur
Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Segala
pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. atas segala berkah, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh
tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Perkembangan Emosi Peserta Didik” untuk memenuhi tugas matakuliah
Perkembangan Peserta Didik.
Penulis menyadari
bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan kosa-kata, tata
bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada penulis membuka selebar-lebarnya kepada dosen pembimbing, penulis meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah dimasa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengharapkan
agar maklah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu`alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bojonegoro, Desember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah ............................................................... 1
1.3 Tujuan................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan Emosi.......................................... 2
2.2 Fase-Fase Perkembangan Emosi Peserta Didik....................... 3
2.3 Karakteristik Perkembangan Emosi Usia Remaja.................... 5
2.4 Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perkembangan Emosi..... 6
2.5
Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku................................. 6
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.............................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 9
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua
manusia pada umumnya memiliki dorongan dan minat yang besar untuk mencapai atau
ingin memiliki sesuatu. Adanya perilaku seseorang dan munculnya berbagai
kebutuhan seseorang disebabkan oleh dorongan dan minat yang besar. Jika
terpenuhi, itulah dasar dari pengalaman emosionalnya. Perjalanan hidup
seseorang satu dengan yang lainnya itu tidak sama. Semua memiliki jalan
sendiri-sendiri. Semua memiliki pola sendiri-sendiri pula. Jika seseorang bisa
memenuhi apa yang mereka inginkan, maka mereka akan memiliki emosi yang stabil,
dengan demikian bisa menikmati hidupnya dengan sebaik-baiknya. Tetapi
sebaliknya, jika seseorang tidak bisa memenuhi apa yang mereka inginkan, maka
mereka cenderung memiliki emosi yang tidak stabil.
Seseorang
manusia dalam menanggapi sesuatu lebih banyak diarahkan oleh penalaran dan
pertimbangan-pertimbangan objektif. Tetapi pada saat tertentu, dorongan
emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah
lakunya. Oleh sebab itu, untuk memahami emosional peserta didik, guru memang
perlu mengetahui apa yang dia pikirkan dan dia lakukan. Yang lebih penting lagi
adalah mengetahui apa yang mereka rasakan. Gejala-gejala emosional seperti
marah, takut, malu, cinta, benci, dan lainnya perlu dicermati dan dipahami
dengan baik. Selanjutnya marilah kita tinjau secara rinci tentang perkembangan
emosi pada peserta didik.
1.2 Rumusan Masalah
- Apakah
pengertian perkembangan emosi itu?
- Bagaimana fase-fase
perkembangan emosi itu?
3.
Bagaimana karakteristik
perkembangan emosi usia remaja?
4.
Faktor–faktor apa yang mempengaruhi
perkembangan emosi?
5.
Bagaimana pengaruh emosi terhadap tingkah laku?
1.3 Tujuan
- Untuk
mengetahui pengertian perkembangan emosi pada peserta didik.
- Untuk
mengetahui fase-fase perkembangan emosi
pada peserta didik.
- Untuk
mengetahui karakteristik perkembangan emosi
remaja.
- Untuk
mengetahui Faktor–faktor yang mempengaruhi perkembangan
emosi pada
peserta didik.
- Untuk
mengetahui pengaruh emosi terhadap tingkah laku peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan
Emosi
Perilaku
kita sehari-hari pada umumnya di sertai oleh perasaan-perasaan tertentu,
seperti peasaan senang atau tidak senang. perasaan
senang atau tidak senang yang menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari
disebut warna efektif. Perasaan-perasaan seperti ini disebut
emosi (Serlito, 1982: 59). Di samping perasaan senang dan tidak senang,
beberapa conoh macam emosi yang lain adalah gembira, cinta, marah, takut, cemas dan benci.
Emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu
keadaan biologis dan psikologis dan serangkain kecenderungan untuk bertindak
(Asrori, 2006). Pengertian lain emosi adalah suatu pengalaman afektif yang kuat
pada diri seseorang yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada diri
individu, baik keadaan mental maupun fisik serta berwujud suatu sikap dan
tingkah-laku yang tampak (Sunarto & Agung Hartono, 2008)
Menurut
Crow & Crow (1958) pengertian emosi itu adalah sebagai berikut:
“An emotion, is en affective experiences that
accompanies generalized inner adjusiment and mental and physiological stirred
up states it the individual, and that shows it self in his overt behavior”.
Jadi,
emosi adalah pengalaman efektif yang di sertai penyesuaian diri dalam diri
individu tentang
keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang nampak.
Para
peneliti sebagaimana dikemukakan Djali (2008), menemukan bentuk-bentuk emosi
untuk tiap jenis reaksi perubahan fisik tertentu seperti hal-hal sebagai
berikut:
a.
Rasa marah
Ditandai
dengan detak jantung meningkat, hormon adrenalin meningkat, dan mengalirkan
energi untuk memukul, mengumpat, dan lain-lain.
b.
Rasa takut
Ditandai
dengan tubuh terasa membeku, reaksi waspada, wajah pucat, dan darah terasa
mengalir ke otot rongga besar, misalnya kaki untuk dapat lari atau mata terasa
awas untuk mengamati kondisi sekitarnya.
c.
Rasa bahagia
Ditandai
dengan adanya peningkatan aktivitas dan pusat otak yang menhambat perasaan negatif
dan menenagkan perasaan yang menimbulkan kerisauan.
d.
Rasa cinta
Ditandai
dengan adanya perasaan kasih sayang serta pola simpatik yang menunjuk pada
respons relaksasi, yaitu kumpulan reaksi pada seluruh tubuh yang membangkitkan
keadaan yang menenangkan serta rasa puas untuk mempermudah kerja sama.
e.
Rasa terkejut
Ditandai
dengan naik alisnya individu. Hal ini merupakan reaksi untuk suatu kemungkinan
menerima lebih banyak informasi atau mencoba meyalami apa yang sedang terjadi
untuk merancang tindakan yang baik.
f.
Rasa jijik
Ditandai
dengan sikap hidung mengkerut menutupnya atau ungkapan lain wajah rasa jijik,
akibat rangsangan bau atau rasa menyengat.
g.
Rasa sedih
Ditandai
dengan menurunnya kegiatan atau semangat hidup yang melakukan kegiatan
sehari-hari karena menyesuaikan diri akibat adanya kehilangan yang menyedihkan
atau kekecewaan besar.
2.2 Fase-Fase Perkembangan Emosi Peserta
Didik
a. Perkembangan
emosi peserta didik usia pra sekolah
Perkembangan
emosional anak usia pra sekolah dapat digambarkan bahwa seiring perkembangan
fisik juga diikuti oleh perkembangan emosional dimana respon emosional makin
banyak berkaitan dengan situasi sosial (orang dilingkungan) dan rangsangan yang
simbolis atau abstrak. Pada masa ini anak kelihatan berperilaku agresif,
memberontak, menentang keinginan orang lain, khususnya orang tua. Pada usia ini
sikap menentang bisa berubah kembali bila orang tua, pendidik menunjukkkan
sikap konsisten dalam memperlihatkan kewibawaan dan peraturan yang telah
ditetapkan. Setelah berhasil secara tegas mempertahankan kewibawaan dengan
berpegang teguh pada patokan perilaku tertentu, pada anak akan terjadi
internalisasi nilai dengan tolak ukur orang tua dan selanjutnya bisa terjadi
proses identifikasi. Pada anak akan terlihat ada kemiripan dengan orang tua
dalam hal tertentu.
Pada masa ini orang tua, pendidik
harus tetap berusaha melihat tujuan pendidikan yakni mengembangkan kepribadian
anak dan membentuk perilakuknya sesuai dengan gambaran yang dicita-citakannya.
Pada masa ini, anak juga belajar menyatakan diri dan emosinya, mulai timbul
rasa malu, takut, sedih, bermusuhan, bersalah bahkan iri dan cemburu.
b. Perkembangan emosi peserta didik usia sekolah dasar
Emosi
memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan seseorang, oleh sebab itu,
perlu kiranya untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan dan pengaruh emosi
terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. Sulit untuk mempelajari emosi
anak-anak, karena informasi tentang aspek emosi yang subjektif hanya dapat
diperoleh dengan cara instropeksi, sedangkan anak-anak tidak dapat menggunakan
cara tersebut dengan baik karena mereka masih berusia
sangat muda.
Pola-pola
emosi yang terjadi pada masa anak-kanak adalah rasa takut, malu, canggung, khawatir, marah, cemburu, duka cita, keingintahuan, gembira dan kasih sayang.
c. Perkembangan
emosi peserta didik usia Remaja (SMP/SMA)
Masa remaja
atau masa adolensia merupakan masa
peralihan atau masa transisi antara masa anak ke masa dewasa. Pada masa ini
individu mengalami perkembangan yang pesat mencapai kematangan fisik, sosial,
dan emosi. Pada masa ini dipercaya merupakan masa yang sulit, baik bagi remaja
sendiri maupun bagi keluarga dan lingkungannya. Perubahan-perubahan fisik yang
dialami remaja juga menyebabkan adanya perubahan psikologis. Hurlock (1973: 17)
disebut sebagai periode heightened
emotionality, yaitu suatu keadaan dimana kondisi emosi tampak lebih tinggi
atau tampak lebih intens dibandingkan dengan keadaan normal. Emosi yang tinggi
dapat termanifestasikan dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti bingung,
emosi berkobar-kobar atau mudah meledak, bertengkar, tak bergairah, pemalas,
membentuk mekanisme pertahanan diri. Emosi yang tinggi ini tidak berlangsung
terus-menerus selama masa remaja. Dengan bertambahnya umur maka emosi yang
tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi yang stabil.
2.3 Karakteristik
Perkembangan Emosi Usia Remaja
Masa
remaja di anggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Biehler (1972) membagi cirri-ciri emosional remaja menjadi dua rentan usia,
yaitu 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
Ciri-ciri emosional
remaja berusia 12-15 tahun.
1) Pada
usia ini siswa/anak cenderung banyak murung dan tidak dapat di terka. Sebagian
kemurungan sebagai akibat dari perubahan-perubahan biologis dalam hubungannya
dengan kematangan seksual dan sebagian karena kebingungannya dalam menghadapi
apakah ia masih sebagai anak-anak atau sebagai orang dewasa. Hubungannya dengan
kematangan seksual dan sebagian karena kebingungannya dalam menghadapi apakah
ia masih sebagai anak-anak atau sebagai orang dewasa.
2) Siswa
mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya
diri.
3) Ledakan-ledakan
kemarahan mungkin biasa terjadi. Hal ini seringkali terjadi sebagai akibat dari
kombinasi ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis, dan kelelahan karena
bekerja terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat atau tidur yang tidak
cukup.
4) Seorang
remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya
sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri.
5) Siswa-siswa
di SMP mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara lebih objektif dan
mungkin terjadi marah apabila mereka ditipu dengan gaya guru yang bersikap
serba tahu.
Ciri-ciri
emosional remaja 15-18 tahun
1) Pemberontakan
remaja merupakan pernyataan-pernyataan / ekspresi dari perubahan yang universal
dari masa kanak-kanak ke dewasa
2) Karena
bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang mengalami konflik dengan
orang tua mereka.
3) Siswa
pada usia ini seringkali
melamun, memikirkan masa depan mereka. Banyak di antara mereka terlalu tinggi
menafsir kemampuan mereka sendiri dan merasa berpeluang besar untuk memasuki
pekerjaan dan memegang jabatan tertentu
2.4
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan
bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada factor kematangan dan factor
belajar (Hurlock, 1960: 266). Selain kedua hal tersebut, perkembangan emosi
juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kehidupan atau kultur.
Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya
perubahan dalam ekspresi emosional. Bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan
media masa atau keseluruhan latar belakang pengalaman, berpengaruh terhadap
perubahan-perubahan emosional ini.
Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh
adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan factor-faktor eksternal yang
seringkali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering
kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi
perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak
larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang
sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun
anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional
anak. Pelakuan saudara serumah, orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul
juga memegang peranan penting pada perkembangan emosioanal anak.
2.5 Pengaruh
Emosi Terhadap Tingkah Laku
Emosi
dapat ,mempengaruhi tingkah laku, misalnya rasa marah atau rasa takut dapat
menyebabkan seorang gemetar, dalam ketakutannya , mulut menjadi kering detak
jantung mulai cepat, system
pencernaan berubah selama pemunculan
emosi ini. Ganguan emosi juga dapat
menjadi kesulitan berbicara. Motivasi untuk belajar anak akan membantu dalam memusatkan perhatian pada apa yang ia
kerjakan. Rangsangan untuk belajar yang di berikan harus berbeda-beda dan disesuaikan dengan kondisi anak, karena reaksi setiap individu tidak sama
rangsangan rangsangan yang menghasilkan
perasaan yang tidak menyenangkan, akan sangat mempengaruhi hasil belajar.
Ada
perbedaan individual dalam perkembangan
emosional yang berbagai di
sebabkan oleh keadaan fisik, taraf kemampuan intelektual, kondisi
lingkungan dengan kaitannya dengan
penyelanggaraan pendidikan, guru dapat
melakukan berbagai upaya dalam
perkembangan emosi remaja misalnya: konsisten dalam pengelola kelas, mendorong
anak bersaing dengan diri sendiri, mencoba memahami remaja dan membantu siswa berprestasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
emosi
adalah pengalaman efektif yang di sertai penyesuaian diri dalam diri individu
tentang keadaan mental dan
fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang nampak. Para peneliti
sebagaimana dikemukakan Djali (2008), menemukan bentuk-bentuk emosi untuk tiap
jenis reaksi perubahan fisik tertentu seperti rasa marah, takut, bahagia,
cinta, terkejut, jijik, dan sedih.
Fase-fase perkembangan emosi peserta didik dapat dilihat
dari perkembanagan peserta didik dari usia pra sekolah, sekolah dasar dan di
usia remaja.
Masa
remaja di anggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Biehler (1972) membagi cirri-ciri emosional remaja menjadi dua rentan usia,
yaitu 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
Perkembangan
emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan
factor-faktor eksternal yang seringkali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang
sedang tumbuh.
Emosi
dapat ,mempengaruhi tingkah laku, misalnya rasa marah atau rasa takut dapat
menyebabkan seorang gemetar, dalam ketakutan nya , mulut menjadi kering detak
jantung mulai cepat,system pencernaan berubah selama selama pemunculan emosi ini
DAFTAR PUSTAKA
Setiyono, Joko. 2015. Perkembangan
Peserta Didik. Bojonegoro: IKIP PGRI
Bojonegoro.
Supriadi, Oding.
2010. Perkembangan Peserta Didik.
Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.
Sunarto dan
Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Rineka Cipta.